Rabu, 15 Juni 2022

Template Makalah (Non Penelitian)

JUDUL  (Judul Artikel Ditulis dengan Font Times New Roman 14, Maksimum 14 Kata untuk Bahasa Indonesia dan 12 Kata untuk Bahasa Inggris,) 

 

Nama Penulis (Times New Roman 12, Bold, Spasi 1, Tanpa Gelar Akademik dan Tidak Boleh Disingkat)  

Nama Institusi (Program Studi, Fakultas, Universitas, Times New Roman 12)  

Alamat e-mail @abc.ac.id (Times New Roman 12) 


Abstrak (Times New Roman 12, Bold, spasi 1) 

Abstrak memuat uraian singkat mengenai gagasan teoritis/tertulis yang berkaitan dengan tema seminar. Jumlah kata dalam abstrak sebanyak 200 kata. Kata kunci perlu dicantumkan untuk menggambarkan ranah masalah yang diangkat. Kata kunci dapat berupa kata tunggal atau gabungan kata, jumlah kata kunci 3 kata.  


Kata Kunci: isi, format, artikel. 

Abstract 

Abstrak memuat uraian singkat mengenai gagasan teoritis/tertulis yang berkaitan dengan tema seminar. Jumlah kata dalam abstrak sebanyak 200 kata. Kata kunci perlu dicantumkan untuk menggambarkan ranah masalah yang diangkat. Kata kunci dapat berupa kata tunggal atau gabungan kata, jumlah kata kunci 3 kata. 


Keywords: content, formatting, article.   


1. PENDAHULUAN (Times New Roman 12, Bold, Spasi 1) 

Bagian pendahuluan berisi: latar belakang/isu/permasalahan/urgensi dan rasionalisasi gagasan teoritis/tertulis yang berkaitan dengan tema seminar. Tujuan dan rencana pemecahan masalah disajikan dalam bagian ini.  

 

2. PEMBAHASAN (Times New Roman 12, Bold, Spasi 1) 

Bagian ini menjelaskan bagaimana gagasan teoritis/tertulis dijabarkan berdasarkan kajian teoritik yang berkaitan dengan masalah yang diangkat. Subjudul dibuat berdasarkan peringkat sebagai berikut.  

2.1…………….. 

2.2……..……… 

2.3…………….. 

2.4……….….… 

 

3. PENUTUP (Times New Roman 12, Bold, Spasi 1) 

Bagian ini berisi simpulan yang menyajikan ringkasan dari uraian mengenai pembahasan. Saran dapat disampaikan pada bagian ini. 


4. DAFTAR PUSTAKA (Times New Roman 12, Bold, Spasi 1) 

Daftar pustaka merupakan daftar karya tulis yang dibaca penulis dalam mempersiapkan makalah dan kemudian digunakan sebagai acuan. Penulisan pustaka hanya yang disitasi dalam naskah ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis. 


Senin, 13 Juni 2022

Contoh PROPOSAL

 BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang 

Membaca sebuah novel, untuk sebagian (besar) orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan. Mereka hanya akan mendapatkan kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca novel yang (kelewat) panjang yang baru dapat diselesaikan setelah berkali-kali baca, dan setiap kali baca hanya selesai beberapa episode, akan memaksa kita untuk senantiasa mengingat kembali cerita yang akan telah dibaca sebelumnya. Pemahaman secara keseluruhan cerita novel, dengan demikian, seperti terputus-putus, dengan cara mengumpulkan sedikit demi sedikit per episode. Apalagi, sering, hubungan antarepisodetidak segera dapat dikenali, walau secara teoretis tiap episode haruslah tetap mencerminkan tema dan logika cerita, sehingga boleh dikatakan bahwa hal itu bersifat mengikat adanya sifat saling keterkaitan antarepisode (Nurgiyantoro, 2010:9). Salah satu yang dapat dianalisa dalam novel adalah dari segi karakter tokoh yang direpresentasikan dalam novel.

Novel (Inggris: novel) merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan, dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi (Nurgiyantoro, 2015: 11).Novel membicarakan masalah kehidupan manusia, yang berupa gambarantentang kehidupan dalam berbagai hubungan antara manusia denganlingkungannya.Ini memberikan petunjuk bahwa novel lahir untuk memberwawasan tentang hidup manusia dan segala sesuatunya kepada pembaca.

Kenyataan hidup seseorang dapat ditemui dalam karya sastra yangdiperankan oleh tokoh cerita. Dalam analisis unsur penokohan sangat eratperkaitan dengan pengertian diri in]dividu satu kepribadian. Kepribadian yangdimiliki para tokoh dalam cerita menarik untuk dikaji.Pada umumnya teknik karakterisasi atau penokohan yang disesuaikan dengan peranantokoh tersebut, misalnya pengakarakterisasian terhadap tokoh protagonis dan penokohanterhadap tokoh antagonis.Melalui metode karakterisasi atau penokohan, pengarang dapatmenggambarkan sifat dan prilaku para tokoh agar pembaca dapat memahami karakter dari setiaptokoh yang dihadirkan oleh pengarang.Selain penokohan, konflik juga menjadi hal yang tidakdapat dipisahkan dengan sebuah karya fiksi, karena konflik merupakan sebuah unsur yangesensial dalam pengembangan plot.Setiap fiksi mengandung konflik. Para pelaku berjuang dan menantang alam sekitaratau berjuang satu sama lain (konflik ekstern) ataupun melibatkan diri dalamperjuangan-perjuangan dengan akunya sendiri, dengan kata hatinya (konflik Intern)(Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2011).

Fokus penelitian adalah karakter tokoh utama dalam novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi. Penggunaan istilah ‘karakter’ sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh tersebut (Nurgiyantoro, 2005:165).  Dengan demikian karakter dapat berarti ‘pelaku cerita’ dan dapat pula berarti perwatakan.

Boulton mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokohnya itu sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan  dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya kancil, kucing, sepatu dan lain-lain (Aminudin, 2014: 79).

Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu ( Aminudin, 2014: 78-79). 

Dalam menentukan siapa tokoh utama dan siapa tokoh tambahan dalam suatu cerita, pembaca dapat menentukannya dengan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita (Aminudin,  2014: 80).Ketertarikan penulis menganalisa karakter dalam novel Raja, Ratu, dan Rahasia karya Wulanfadi ini dikarenakan alasan novel tersebut dapat menjadi model bagi kehidupan nyata dalam masyarakat. Alasan ini diperkuat oleh pendapat Nurgiyantoro (2015: 29), sebuah karya fiksi yang jadi merupakan sebuah bangun cerita yang menampilkan sebuah dunia yang sengaja di kreasikan pengarang. Wujud formal fiksi itu sendiri “hanya” berupa kata, dan kata-kata. Karya fiksi, dengan demikian, menampilkan dunia dalam kata, bahwa di samping juga dikatakan menampilkan dunia dlam kemungkinan. 

Novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik (Nurgiyantoro, 2015: 29). Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapankehidupan melalui bentuk bahasa. Karya sastra merupakan pengungkapan bakudari apa yang telah disaksikan, diilhami, dan dirasakan seseorang mengenai segisegikehidupan yang menarik minat secara langsung dan kuat, pada hakikatnyasuatu pengungkapan kehidupan manusia melalui bentuk bahasa.

Sebagai bahan rujukan penelitian, penulis menggunakan jurnal yang disusun oleh Syaifatul Husna( 2014) yang berjudul, Analsis tokoh dalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” Karya Habiburahman El Shirazy. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Aspekpsikologi yang dialami tokoh dalam novel “Pudarnya PesonaCleopatra”Karya HAbiburrahman El-Shirazy.Penelitian ini dilakukandi Perpustakaan Universitas Negeri Medan, dengan mengadakan studypustaka.Data dalam penelitian ini diperoleh dari Novel “PudarnyaPesona Cleopatra”Karya Habiburrahman El-Shirazy.Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ini menceritakan sifat tokoh utamaAku yang berbeda dengan tokoh utama Raihana. Perbedaan sifat mempengaruhikepribadian dari kedua tokoh tersebut dalam memenuhi kebutuhan akanaktualisasi diri. Hal ini disebabkan karena perjodohan yang dilakukan oleh Ibudari tokoh Aku, dan ibu dari tokoh Raihana yang bertujuan untuk mempererat talipersaudaraan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.Dengan perkataan lain,pengertiandeskriptif kualitatif mengambil masalah ataumemusatkan perhatian kepada masalah aktual sebagaimana adanya pada saatpenelitian dilaksanakan.

Jurnal kedua adalah mei Ambar Sari (2012) dengan judul, Analisis Karakter dan konflik tokoh utama dalam novel Bocchan karya Natsume Souseki.  Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibacaoleh masyarakat Jepang modern ini.Fenomena ini terjadi karena dalam novel Bocchan terdapatbanyak hal yang menarik.Salah satu hal tersebut adalah teknik pengkarakterisasian tokoh danpermasalahan-permasalahan yang dialami oleh tokoh utama.Melalui penelitian ini diketahuibahwa karakter tokoh Bocchan adalah jujur, baik, konsisten, berhati mulia, tidak sabar, selalubertindak sesuka hati, polos dan ceroboh.Karakter tokoh Akashatsu adalah lemah, jahat, tidakbertanggung jawab, pembohong, licik dan munafik. Bentuk permasalahan yang ditimbulkan olehtokoh Akashatsu terhadap Bocchan yaitu, pertengkaran Bocchan dengan Yamaarashi danterlibatnya Bocchan dalam perkelahian para murid SMP. Bentuk konflik yang terjadi antaraBocchan dan Akashatsu yaitu, perang dingin. Bentuk penyelesaian konflik yang terjadi antaraBocchan dan Akashatsu yaitu, kekerasan.

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk menggunakan metode penelitian kualitatif.Penulis berharap agar hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensimengenai cara analisis karakter yang dapat digunakan untuk referensi bagi penelitianselanjutnya. Selain itu, pembaca juga dapat mengetahui lebih dalam mengenai teknik penokohanyang terdapat dalam sebuah novel, serta memahami peranan tokoh antagonis dalampengembangan sebuahcerita, serta pembentukan konflik pada tokoh utama.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berusaha mengulas tentang karakter tokoh dalam novel “Raja, Ratu dan Rahasia” karya Wulanfadi. Dengan judul penelitian, “ Analisis Karakter tokoh utama  dalam novel Raja, Ratu, dan Rahasia Karya Wulanfadi.

1.2 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini meliputi ruang lingkup masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

1.2.1 Ruang lingkup Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang di atas,ruang lingkup masalah dalam penelitian ini sangat luas. Hal ini disebabkan luasnya objek dalam variabel penelitian ini. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu karakter dalam Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.

1.2.2 Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akandijawab dalam penelitian tentang karakter dalam Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadiadalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter tokoh sentral dalam Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi?

2. Bagaimana karakter tokoh bawahan dalam Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran objektif tentang;

1. Karakter tokoh sentral dalam Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.

2. Karakter tokoh bawahan dalam Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik teoritis maupun praktis bagi beberapa pihak:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan hasil analisis ini bisa menjadi referensi bagi penelitian lanjutan. Dalam hal ini diharapkkan penelitian lanjutan tidak hanya berorientasi pada analisis karakter saja namun lebih jauh membedah persoalan-persoalan lain secara spesifik yang diangkat dalam karya sastra terutama karya sastra yang berbentuk novel dengan menggunakan kajian analisis sastra yang lebih beragam.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi mahasiswa dan dosen bahasa dan sastra Indonesia: 

Hasil analisis ini diharapkan bisa menjadi alternatif media pembelajaran bahasa. Bahwa terdapat banyak cara untuk mengkaji sebuah karya sastra.

2. Bagi penikmat karya sastra: 

Hasil analisis ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk kembali melihat sebuah karya sastra, terutama dari aspek-aspek nilai yang berkembang pada masyarakat. Dalam hal ini, pembentuk nilai dalam masyarakat harus bisa dilihat tidak hanya sebagai utilitas tapi lebih sebagai kesatuan utama dan membawa perubahan kepada perilaku masyarakat.


1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksud agar tidak membuat para pembaca mendapatkan pemahaman ganda atau salah persepsi dengan penelitian ini. Oleh karena itu perlu dilampirkan hal-hal pokok yang terdapat pada poin-poin sebelumnya.

1. Novel

 Novel mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelete), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2010:9).

2. Karakter

 Penggunaan istilah ‘karakter’ sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh tersebut (Nurgiyantoro, 2005:165).  Dengan demikian karakter dapat berarti ‘pelaku cerita’ dan dapat pula berarti perwatakan.

3. Tokoh

Menurut Nurgiyantoro (2005:165), istilah tokoh merujuk pada orangnya dan pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh


BAB II

KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Novel

Novel ( Inggris :  novel ) dan cerita pendek (disingkat : cerpen ; inggris : shortstory ) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannnya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi seperti dikemukakan di atas, juga berlaku untuk novel. Sebutan novel dalam bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman : novelle ). Secara harafia novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’,  dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’ (Abrams, 1981:119 dalam Nurgiyantoro, 2010:9). Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelete), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2010:9).

Nurgiyantoro (2010:9) Novel dan cerpen sebagai karya fiksi mempunyai persamaan, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangunan (baca: unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik). Dari segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang dari cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. 

“Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟ (Siswantoro, 2010:9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru.Novel adalah cerita yang disusun dengan kata yang tercetak di atas lembaran kertas yang bisa dibawa kemana-mana sembarang waktu.Ia bisa dibaca kapan saja dan dalam situasi yang sama sekali ditentukan oleh pembaca. Novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti berikut ini: (a) Latar, (b) Perwatakan, (c) Cerita, (d) Teknik cerita, (e) Bahasa, (f) tema.”

Membaca sebuah novel, untuk sebagian (besar)  orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan. Mereka hanya akan mendapatkan kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca novel yang (kelewat) panjang yang baru dapat diselesaikan setelah berkali-kali baca, dan setiap kali baca hanya selesai beberapa episode, akan memaksa kita untuk senantiasa mengingat kembali cerita yang akan telah dibaca sebelumnya. Pemahaman secara keseluruhan cerita novel, dengan demikian, seperti terputus-putus, dengan cara mengumpulkan sedikit demi sedikit per episode. Apalagi, sering, hubungan antarepisodetidak segera dapat dikenali, walau secara teoretis tiap episode haruslah tetap mencerminkan tema dan logika cerita, sehingga boleh dikatakan bahwa hal itu bersifat mengikat adanya sifat saling keterkaitan antarepisode (Nurgiyantoro, 2010:9).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang merupakan cerita fiktif dan berusaha untuk menggambarkan kehidupan tokohnya melalui latar.Novel bukan hanya berfungsi sebagai hiburan semata tetapi dapat juga sebagai bentuk seni yang dapat dipelajari oleh pembaca agar mengetahui nilai-nilai moral kehidupan yang terkandung di dalam novel tersebut sehingga dapat mengarahkan pembaca dapat berprilaku budi pekerti yang luhur.Di dalam novel juga terdapat kemungkinan cerita yang terjadi dan ada juga yang hanya imajinasi saja.Tetapi pengarang biasanya ingin menunjukkan realita yang terjadi dalam kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang merupakan cerita fiktif dan berusaha untuk menggambarkan kehidupan tokohnya melalui latar.Novel bukan hanya berfungsi sebagai hiburan semata tetapi dapat juga sebagai bentuk seni yang dapat dipelajari oleh pembaca agar mengetahui nilai-nilai moral kehidupan yang terkandung di dalam novel tersebut sehingga dapat mengarahkan pembaca dapat berprilaku budi pekerti yang luhur.Di dalam novel juga terdapat kemungkinan cerita yang terjadi dan ada juga yang hanya imajinasi saja.Tetapi pengarang biasanya ingin menunjukkan realita yang terjadi dalam kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel.


2.2 Karakter

Penggunaan istilah ‘karakter’ sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh tersebut (Nurgiyantoro, 2005:165).  Dengan demikian karakter dapat berarti ‘pelaku cerita’ dan dapat pula berarti perwatakan.

Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:165), mengungkapkan bahwa tokoh cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dengan penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori resepsi, pembecalah sebenarnya yang memberikan arti semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (non-verbal). Pembedaan antara tokoh lebiih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik.

Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang langsung mengisyaratkan pada kita perwatakan yang dimilikinya. 


2.3 Tokoh

Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan: “Siapa yang diceritakan itu?”, “Siapa yang melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu, “sesuatu” yang dalam plot disebut peristiwa. “siapa pembuat konflik”, dan lain-lain adalah urusan tokoh dan penokohan. (Nurgiyantoro.2005:164)

Menurut Nurgiyantoro (2005:165), istilah tokoh merujuk pada orangnya dan pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.

Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:165), mengungkapkan bahwa tokoh cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diakukan dalam tindakan.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. 

Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.

1. Tokoh sentral

Adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.

b. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

2. Tokoh bawahan

Adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu

a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonist atau antagonis).

b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.

c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.

Boulton mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokohnya itu sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan  dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya kancil, kucing, sepatu dan lain-lain (Aminudin, 2014: 79).

Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminudin, 2014: 78-79). 

Dalam menentukan siapa tokoh utama dan siapa tokoh tambahan dalam suatu cerita, pembaca dapat menentukannya dengan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita (Aminudin,  2014: 80).

Dalam upaya memahami watak pelaku, pembaca dapat menelusurinya lewat (1) tuturan langsung pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian, (3) menunjukkan bagaimana perilakunya, (4) melihat bagaimana tokoh itu berbicara kepada dirinya sendiri, (5) memahami bagaimana jalan pikirannya, (6) melihat tokoh lain berbicara tentangnya, (7) melihat bagaimana tokoh lain bebincang dengannya, (8) melihat bagaimana tokoh-yokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya, dan (9) melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya (Aminudin, 2014: 81). 

2.4 Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan rujukan penelitian, penulis menggunakan jurnal yang disusun oleh Syaifatul Husna( 2014) yang berjudul, Analsis tokoh dalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” Karya Habiburahman El Shirazy. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Aspekpsikologi yang dialami tokoh dalam novel “Pudarnya PesonaCleopatra”Karya HAbiburrahman El-Shirazy.Penelitian ini dilakukandi Perpustakaan Universitas Negeri Medan, dengan mengadakan studypustaka.Data dalam penelitian ini diperoleh dari Novel “PudarnyaPesona Cleopatra”Karya HAbiburrahman El-Shirazy.

Jurnal kedua adalah mei Ambar Sari (2012) dengan judul, Analisis Karakter dan konflik tokoh utama dalam novel Bocchan karya Natsume Souseki.  Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibacaoleh masyarakat Jepang modern ini.Fenomena ini terjadi karena dalam novel Bocchan terdapatbanyak hal yang menarik.Salah satu hal tersebut adalah teknik pengkarakterisasian tokoh danpermasalahan-permasalahan yang dialami oleh tokoh utama.Melalui penelitian ini diketahuibahwa karakter tokoh Bocchan adalah jujur, baik, konsisten, berhati mulia, tidak sabar, selalubertindak sesuka hati, polos dan ceroboh.Karakter tokoh Akashatsu adalah lemah, jahat, tidakbertanggung jawab, pembohong, licik dan munafik. Bentuk permasalahan yang ditimbulkan olehtokoh Akashatsu terhadap Bocchan yaitu, pertengkaran Bocchan dengan Yamaarashi danterlibatnya Bocchan dalam perkelahian para murid SMP. Bentuk konflik yang terjadi antaraBocchan dan Akashatsu yaitu, perang dingin. Bentuk penyelesaian konflik yang terjadi antaraBocchan dan Akashatsu yaitu, kekerasan.

Jurnal ketiga adalah penelitian yang disusun oleh Kezia Elisabeth Novita Paruntu (2016) dengan judul, Analisis karakter dalam novel If I Stay karya Gyle Forman. Dalam penelitian ini penulis menyatakan, Karakter mengacu pada dua hal yaitu bentuk wujud dan sifat atau ciri-ciri seseorang. Karakter dan tindakan tokoh di dalam novel keduanya memiliki unsur yang sangat penting. Dalam novel If I Stay, ada beberapa karakter, yaitu, Mia Hall sebagai karakter utama, Adam Wilde (pacar Mia), Kat Hall dan Denny Hall (orang tua Mia), Teddy (adik Mia), Kim Schein, Gran dan Gramps, Willow, Liz dan Fitzy. Mia sebagai karakter utama mampu mempengaruhi pembaca untuk masuk ke dalam kehidupannya dan merasakan apa yang dia rasakan dengan mencucurkan air mata. Ini adalah cerita yang sangat emosional. Novel ini secara bersamaan tragis tapi penuh harapan, romantis, mendebarkan, dan berakhir dengan cerita menggembirakan tentang kenangan, musik, kehidupan, dan kasih sayang

Gyle Forman memberikan judul If I Stay untuk membuat pembaca bertanya-tanya tentang hal apa yang akan terjadi di kehidupan Mia selanjutnya jika dia memutuskan untuk tetap tinggal dan bertahan hidup, apakah kehidupannya akan kembali normal seperti sebelumnya atau sebaliknya dia harus menderita dengan semua hal yang terjadi kepadanya saat itu, dan dalam penelitian ini penulis ingin membahas lebih lanjut tentang karakter utama yaitu Mia Hall. If I Stay adalah novel karya Gyle Forman diterbitkan pada tahun 2009 dan merupakan novel ketiga dari delapan novel yang dia tulis.

Penulis menganalisis karakter Mia Hall dalam bab ini dengan memusatkan pada teori analisis karakter yang dijabarkan oleh Robert Stanton dalam bukunya An Introduction to Fiction, yakni tentang bagian paling penting dari karakter terdiri empat bagian yaitu: Perkataan tokoh, Tingkah laku tokoh, Percakapan tokoh dan Tindakan tokoh.

2.5 kerangka pemikiran

Memahami sebuah karya sastra, berarti memahami pula unsur-unsur yang penting di dalamnya. Salah satu unsur penting dalam karya sastra yaitu karakter, melalui karakter pembaca dapat memahami tindakan, pemikiran dan percakapan yang dieksplorasi oleh karakter. Lebih jauh lagi pembaca dibawa untuk dapat memahami situasi, perasaan dan masalah yang dihadapi dalam sebuah cerita. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Robert Stanton dalam bukunya An Introduction to Fiction, bahwa dalam karya sastra, karakter merupakan suatu perwujudan umum tentang perilaku manusia yang menentukan pikiran, perkataan dan perbuatan yang berasal dari dalam diri manusia yang diekspresikan melalui aksi, dialog dan komentar. Menurutnya hal yang paling penting untuk mendapatkan fakta dari semua karakter adalah perkataan tokoh dan tindakan tokoh begitu pula dalam sebuah karya fiksi setiap percakapan, setiap tindakan bukan hanya sebuah bagian dari plot tetapi adalah perwujudan sebuah karakter (Stanton, dalam  Paruntu 2016).

Karya sastra memiliki dua fungsi yaitu menghibur dan mendidik. Hal yang menghibur memperkaya pemahaman manusia akan kehidupan, selain dapat memberikan kepuasan, kesenangan, menyentuh emosi pembaca, dan memberi kegembiraan atau kesedihan pada akhir cerita. Karya sastra tergolong sebagai media komunikasi, diekspresikan untuk mengungkapkan tentang suatu hal yang berhubungan dengan suatu masalah. Hal yang mendidik berfungsi untuk mengajarkan seseorang tentang kehidupan, dan pengalaman-pengalaman hidup dimana karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan realita kehidupan. Dalam Theory of Literature, Wellek dan Warren menyatakan “Literature represents life in large measure, a social reality and the real world are also an object of imitation literature.” Hal ini berarti Sastra mewakili kehidupan dalam ukuran besar, sebuah realitas sosial, dan dunia nyata juga merupakan objek imitasi sastra. Jadi, sebenarnya novel tidak hanya memberikan hiburan semata kepada para pembaca tetapi juga berfungsi sebagai pembelajaran manusia tentang nilai-nilai kehidupan dari tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut. Selain itu, pembaca dapat mengambil pesan-pesan moral dari apa yang dialami tokoh dalam novel sebagai pemahaman tentang kehidupan manusia.

Karakter mengacu pada dua hal yaitu bentuk wujud dan sifat atau ciri-ciri seseorang. Karakter dan tindakan tokoh di dalam novel keduanya memiliki unsur yang sangat penting. Kenyataan hidup seseorang dapat ditemui dalam karya sastra yangdiperankan oleh tokoh cerita. Dalam analisis unsur penokohan sangat eratperkaitan dengan pengertian diri individu satu kepribadian. Kepribadian yangdimiliki para tokoh dalam cerita menarik untuk dikaji. Pada umumnya teknik karakterisasi atau penokohan yang disesuaikan dengan peranantokoh tersebut, misalnya pengakarakterisasian terhadap tokoh protagonis dan penokohanterhadap tokoh antagonis. Melalui metode karakterisasi atau penokohan, pengarang dapatmenggambarkan sifat dan prilaku para tokoh agar pembaca dapat memahami karakter dari setiaptokoh yang dihadirkan oleh pengarang. Selain penokohan, konflik juga menjadi hal yang tidakdapat dipisahkan dengan sebuah karya fiksi, karena konflik merupakan sebuah unsur yangesensial dalam pengembangan plot.Setiap fiksi mengandung konflik. Para pelaku berjuang dan menantang alam sekitaratau berjuang satu sama lain (konflik ekstern) ataupun melibatkan diri dalamperjuangan-perjuangan dengan akunya sendiri, dengan kata hatinya (konflik Intern)(Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2011).

Fokus penelitian adalah karakter tokoh utama dalam novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi. Penggunaan istilah ‘karakter’ sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh tersebut (Nurgiyantoro, 2005:165).  Dengan demikian karakter dapat berarti ‘pelaku cerita’ dan dapat pula berarti perwatakan.

Boulton mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokohnya itu sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan  dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya kancil, kucing, sepatu dan lain-lain (Aminudin, 2014: 79).

Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminudin, 2014: 78-79). 

Ketertarikan penulis menganalisa karakter dalam novel Raja, Ratu, dan Rahasia karya Wulanfadi ini dikarenakan alasan novel tersebut dapat menjadi model bagi kehidupan nyata dalam masyarakat. Alasan ini diperkuat oleh pendapat Nurgiyantoro (2015: 29), sebuah karya fiksi yang jadi merupakan sebuah bangun cerita yang menampilkan sebuah dunia yang sengaja di kreasikan pengarang. Wujud formal fiksi itu sendiri “hanya” berupa kata, dan kata-kata. Karya fiksi, dengan demikian, menampilkan dunia dalam kata, bahwa di samping juga dikatakan menampilkan dunia dlam kemungkinan. 

Novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik (Nurgiyantoro, 2015: 29). Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapankehidupan melalui bentuk bahasa. Karya sastra merupakan pengungkapan bakudari apa yang telah disaksikan, diilhami, dan dirasakan seseorang mengenai segisegikehidupan yang menarik minat secara langsung dan kuat, pada hakikatnyasuatu pengungkapan kehidupan manusia melalui bentuk bahasa.

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk menggunakan metode analisis deskriptif.Penulis berharap agar hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensimengenai cara analisis karakter yang dapat digunakan untuk referensi bagi penelitianselanjutnya. Selain itu, pembaca juga dapat mengetahui lebih dalam mengenai teknik penokohanyang terdapat dalam sebuah novel, serta memahami peranan tokoh antagonis dalampengembangan sebuahcerita, serta pembentukan konflik pada tokoh utama.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

a.1 Pendekatandan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.Pelaksanaan /peneitian deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, melainkan meliputi fakta sosial yang ditafsirkan oleh subjek.Penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif artinya dapat dianalisis dan analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar pararel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar bukan angka. Tulisan hasil penelitian yang berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data digunakan untuk  memberikan ilustrasi dalam mengisi laporan. Selain itu penelitian kualitatif sering diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau angka-angka (Sugiyono, 2012:8).

Penelitian kualitatif juga disebut naturalistik, dengan pertimbangan melakukan penelitian dalam latar yang sesungguhnya sehingga objek tidak berubah, baik sebelum maupun sesudah suatu penelitian (Ratna, 2010:95). Dalam penelitian ini, jenis penelitian adalah penelitian kualitatif melalui survey.

Dikatakan Van Dalen dalam Arikunto (2013:153), studi survey merupakan bagian dari studi deskriptif. Pada umumnya survey merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup besar ( Suharsimi Arikunto, 20213:153). 

Singarimbun (2006:3) dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Sehingga pendekatan yang paling tepat adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif juga disebut naturalistik, dengan pertimbangan melakukan penelitian dalam latar yang sesungguhnya sehingga objek tidak berubah, baik sebelum maupun sesudah suatu penelitian (Ratna, 2010:95).

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif   tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.

Menurut Sugiyono (2012: 8) ada  lima ciri pokok karakteristik metode penelitian kualitatif yaitu:

1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:8)

Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung.

2. Memiliki sifat deskriptif analitik

Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.

3. Tekanan pada proses bukan hasil

Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.

4. Bersifat induktif

Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.

5. Mengutamakan makna

Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.

Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif menggunakan survey tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.


B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data adalah unit tertentu yang dperoleh melalui suatu hasil pengamatan. Dengan singkat, data adalah hasil penelitian, baik yang diperoleh melali pengamatan, wawancara, dan proses pemahaman lain, melaluinyalah dtarik inferensi ( Ratna, 2010: 141).  

Data adalah subjek penelitian, tempat data menempel.Data dapat berupa, benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Oleh karena itu peneliti menjadikan kata, kalimat, suasana, tokoh dan lingkungan yang terdapat dalam novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadisebagai data penelitian.

a. Data primer

Ratna (2010: 143) data primer adalah sumber aktual pada saat peristiwa pengumpulan data. Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber asli, sumber tangan pertama penyelidik.  Dari sumber data ini akan dihasilkan data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus. Sumber data primer penelitian ini adalah novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.

b. Data sekunder

Ratna (2010:143) data sekunder adalah data yang diambil dari tangan kedua atau sumber lain yang telah ada sebelum penelitian dilakukan. Data sekunder diambil melalui sumber sekunder untuk menjelaskan data primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah artikel-artikel dan hasil studi literature yang berhubungan dengan kajian yang dianalisis oleh peneliti untuk menganalisa karakter tokoh dalam novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber asli, sumber tangan pertama penyelidik.  Dari sumber data ini akan dihasilkan data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi. Diterbitkan pertama kali pada tahun 2016oleh PT Melvana Media Indonesia. Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfaditerdiri dari 385.

C. Instrument Penelitian

Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka penelitii adalah instrumen utama dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Ratna (2010:217):

1. Pertama, sesuai dengan salah satu ciri metode kualitatf, peneliti adalah instrumen utama.

2. Kedua, dikaitkan dengan fungsi manusia sebagai alat, sesuai dengan tujuan yang dicapai, maka sarana yang dgunakan adalah panca indera


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri selaku instrumen utama, yaitu dengan cara mendeskripsikan karakter pada Novel Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.  Untuk memudahkan analisa, maka peneliti mengklasifikasikan data dalam tabel yang berisi kolom-kolom yang berisi, nomor urut tabel, kutipan data, jenis karakter dan kode data. Sebagai contoh, 1/4/KUP. Dibaca data pertama halaman 4 menunjukkan karakter utama protagonis. Adapun tabel yang digunakan sebagai pencatat data tersebut berbentuk kolom-kolom sebagai berikut:

Tabel 3.2: Data Karakter dalam Pesantren Impian

No Kutipan Kode data

1 1/4/KUP

2. 2/44/KUP


Keterangan:

1. Kolom pertama diisi nomor urut tabel

2. Kolom kedua diisi kutipan data  yang menunjukkan karakter

3. Kolom ketiga diisi kode data


D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan teknik penelitian berupa data primer (Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi) dan data sekunder, data ini diperoleh dari beberapa buku lain. Keabsahan data penelitian ini diperiksa dan diuji dengan cara sebagai berikut.

1) Membaca dan menelaah berkali-kali sumber data penelitian, 

2) Membaca dan menyigi berbagai pustaka dan dokumen untuk memperoleh kecukupan rujukan,

3) Mengamati secara cermat, terperinci, dan teliti sebagai bentuk ketekunan pengamatan, dan 

4) Mengonsultasikan kepada dosen pembimbing.

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah kajian kepustakaan, dalam hal ini kajian terhadap teks-teks Novel Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi secara hermeneutis, kajian kepustakaan ini dilakukan dengan penghayatan secara langsung dan pemahaman arti secara rasional.Teknik studi dokumentasi direalisasikan atau ditetapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 

1) Peneliti membaca sekritis-kritisnya, secermat-cermatnya, dan seteliti-telitinya sumber data yang ada. Pembacaan secara hermeneutis ini dimaksudkan untuk memahami dan memiliki kembali makna yang terdapat di dalam sumber data.

2) Peneliti membaca secara berkesinambungan dan berulang-ulang sumber data. Dalam prakteknya, peneliti telah membaca sumber data sebanyak tiga kali.

3) Setelah melaksanakan atau menyelesaikan kedua langkah tersebut, peneliti membaca sekali lagi sumber data untuk memberi tanda bagian-bagian teks novel tersebut yang diangkat menjadi data dan dianalisis lebih lanjut.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian yang meliputi:

1) Studi Pustaka 

Metode yang digunakan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengkaji sumber-sumber pustaka rujukan yang mencakup buku-buku, karya tulis lainnya, artikel, dan lain-lain dari berbagai media.

2) Metode Deskriptif 

Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah diperoleh, data-data yang berguna dicatat dalam kartu data. Dalam penelitian ini metode deskripsi digunakan untuk mendeskripsikan data-data dalam novel Perahu Kertas yang sesuai dengan rumusan penelitian.


E. Teknik Analisis Data

Analisis merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, menagjukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama(Creswell, 2014:274).

Analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari para partisipan. Berikut adalah langkah-langkah analisis data(Creswell, 2014:274):

1. Membuat kategori-kategori atas informasi yang diperoleh (open coding)

2. Memilih satu kategori dan menempatkannya dalam satu model teoritis (axial coding)

3. Merangkai hubungan dari hubungan antar-kategori (selective coding).

Berikut adalah tahap analisis data dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman (2014:20):

 

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman (2014: 16) reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan  perhatian pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksa data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkimpul, antisipasi ákan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan (acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekátan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo). Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

2. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dan kegiatan analisis adalah penyajian data. Miles dan Huberman (2014: 17) membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Béraneka penyajian yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dati alat pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan penyajian-penyajian tersebut.

3. Kesimpulan

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab- akibat, dan proposisi. Miles dan Huberman (2014: 18) mengatakan kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya.

Teknik menganalisis data dalam Novel Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi adalah sebagai berikut (Sugihastuti dan Suharto, 2013:74-75):

1. Menentukan pokok bahasan yang dipakai sebagai objek penelitian, yaitu karakter dalam Novel Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.

2. Mengarahkan fokus analisis, yang mencakupkarakter dalam Novel Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.

3. Mengumpulkan data-data dari sumber kepustakaan yang ada kaitannya dengan objek analisis. Data tersebut dapat berupa karya fiksi maupun nonfiksi.

4. Kemudian ditarik kesimpulan yang menunjukan karakter dalam Novel Novel Raja, Ratu dan Rahasia karya Wulanfadi.


Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. 

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain( Miles dan Huberman, 2014: 330). Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Triangulasi dilakukan dengan menguji apakah proses wawancara dan hasil tes yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Tes dan wawancara saling dipadukan untuk mendapatkan kesesuaian informasi data. Apabila informasi yang didapatkan dari hasil tes siswa belum bisa memenuhi keakuratan data, maka akan digali lebih dalam pada saat wawancara. Sehingga akan tecapai suatu perpaduan hasil tes dan wawancara yang selanjutnya akan dipakai untuk menarik kesimpulan.

Jadi Triangulasi adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menjaga keobjektifan dan keabsahan data dengan cara membandingkan informasi data yang diperoleh dari beberapa sumber sehingga data yang diperoleh merupakan data yang absah.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2014. Pengantar Apresiasi Karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo Bandung

Faruk. 2014. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualittif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Wulanfadi. 2016. Raja, Ratu dan Rahasia. Depok Jawa Barat: PT. Melvana Media Indonesia






Jumat, 10 Juni 2022

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Djamaris, Edwar. 2001. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

____. 1990. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara: Sastra Daerah di Sumatra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

H. R, Wahyu. 2015. Gugur Bunga Kedaton. Surakarta: Tiga Serangkai.

Koentjaraningrat. 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Yogyakarta: Djambatan.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra (Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

NILAI KEBUDAYAAN YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL GUGUR BUNGA KEDATON

A.           LATAR BELAKANG

Novel termasuk dalam fiksi berbentuk prosa. Kata novel berasal dari bahasa Itali yaitu kata novella yang dalam bahasa Jerman berasal dari kata novella, sedangkan secara harfiah kata novella memiliki arti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiantoro, 2007: 8).

Nilai-nilai dalam novel tersebut adalah dapat dikaji dengan antropologi sastra. Antropologi sastra menekankan pada analisis karya sastra yang didasarkan atas aspek-aspek kebudayaan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri. Salah satu novel yang banyak mengandung nilai kebudayaan adalah novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R. Novel ini menceritakan sejarah Majapahit kuno yang sangat kental akan kehidupan masyarakat Jawa pada zaman tersebut.

Penelitiam ini menggunakan  antropologi sastra sebagai objek formal. Adapun alasannya digunakan kajian antropologi sastra dikarenakan novel ini memuat masalah kehidupan sosial masyarakat dari sistem kerajaan yang mwngenal adanya kasta hingga kehidupan rakyat jelata. Selain itu, novel ini banyak memuat nilai-nilai keagamaan yang berkembang pada masa kerajaan Majapahit kuno yang penuh dengan kepercayaankepercayaan yang berbau mistis dan bertentangan dengan ajaran agama murni. Novel ini juga banyak memuat nilai-nilai kebudayaan, yang nantinya menjadi sorotan utama dalam penelitian.

Koentjaraningrat (1987: 85) nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Dalam kehidupan masyarakat, sistem nilai ini berkaitan dengan sikap dan tingkah laku manusia. Sistem nilai adalah bagian terpadu dalam etika moral yang dijabarkan dalam norma-norma sosial, sistem hukum dan adat yang berfungsi sebagai tata kelakuan untuk mengatur masyarakat.

Wahyu H. R merupakan penulis, pemerhati masalah failsafat, budaya, dan sejarah yang lahir di Jombang. Selain itu, penulis juga berperan sebagai praktisi spiritual. Penulis memiliki hobi bertualang menjelajah alam, mendaki gunung, dan senang akan situs-situs sejarah. Peneliti memilih karya Wahyu H. R didasarkan atas gaya pengarang yang berbeda dengan penulis-penulis lain, salah satunya adalah Wahyu H. R mengemas cerita sejarah dalam bentuk novel kolosal yang mempermudah para pembaca untuk mengenal sejarah dengan sudut pandang dan penceritaan yang dibumbui oleh fiksi di dalamnya.

Novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R merupakan novel yang di dalamnya banyak nilai kebudayaan. Nilai kebudayaan yang terdapat dalam novel ini terlihat pada kehidupan masyarakat Jawa dan agama Hindu yang melatari cerita dalam novel tersebut. Novel ini menyoroti perjalanan kerajaan Majapahit kuno serta keadaan masyarakat pada zaman tersebut. Penulis menceritakan sejarah kerajaan Majapahit yang telah berada dalam kemunduran dari masa kejayaannya. Kekuatan Majapahit yang luar biasa dapat ditaklukkan oleh kerajaan Demak, kerajaan kecil yang berada di pesisir utara pulau Jawa.

Masalah yang menarik dalam penelitian ini adalah peneliti terfokus pada nilai-nilai kebudayaan yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton. Adapun nilai-nilai kebudayaan tersebut akan digali dengan menggunakan teori yang dipaparkan oleh Djamaris yang mencakup lima nilai kebudayaan. Nilai kebudayaan yang akan dikaji dalam penelitian meliputi; 1) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan Tuhan, 2) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan alam, 3) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan masyarakat, 4) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan sesama atau orang lain, dan 5) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Sehubungan dengan hal di atas, maka penelitian nilai kebudayaan dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R akan dianalisis menggunakan tinjauan antropologi sastra dengan judul “Nilai Kebudayaan dalam Novel Gugur Bunga Kedaton Karya Wahyu H. R: Kajian Antropologi Sastra.

Nurgiyantoro (2009: 15) menyatakan bahwa novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis. Stanton membedakan unsur pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian yaitu tema, fakta cerita, dan sarana pengucapan sastra.

Antropologi sastra, menurut Poyatos (dalam Ratna, 2011: 33) merupakan analisis sastra antarbudaya, kebudayaan yang berbeda-beda, semacam sastra bandingan. Analisis antropologis adalah usaha untuk mencoba memberikan identitas terhadap karya tersebut, dengan menganggapnya sebagai mengandung aspek tertentu, dalam hubungan ciri-ciri kebudayaannya.

Djamaris (2001: 3) mengungkapkan bahwa nilai budaya dikelompokkan ke dalam lima pola hubungan, yaitu (1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, (2) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat, (4) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain atau sesamanya, (5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan; implementasi adalah suatu proses, aktivitas yang digunakan untuk menstransfer ide atau gagasan yang dituangkan dalam desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut.

 

B.            METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ini memanfaatkan strategi studi kasus terpancang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis data-data tertulis berupa kata-kata, kalimat, paragraf, atau wacana yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R diperoleh nilai-nilai kebudayaan melalui tinjauan antropologi sastra.

Adapun objek penelitian ini adalah nilai kebudayaan yang terkandung dalam novel Gugur Bunga Kedaton. Hal yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah struktur pembangun novel, nilai kebudayaan yang terdapat dalam novel.

Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data asli yang bersumber langsung dari tangan pertama peneliti. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R yang diterbitkan oleh Metamind (Creative Imprint of Tiga Serangkai) tahun 2015 setebal 733 halaman. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara, tetapi tetap bersandar kepada kategori atau parameter yang menjadi rujukan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah biografi pengarang dan karya-karya Wahyu H. R lainnya.

Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka, yaitu peneliti membaca novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R secara keseluruhan. Teknik simak, yaitu peneliti menyimak secara cermat dan teliti teks novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R agar memperoleh data yang diinginkan. Teknik catat, yaitu data yang diperoleh dari penyimakkan kemudian dicatat, sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian.

Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses penelitian. Dalam mendapatkan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Penelitian ini menggunakan trianggulasi teoretis yang dilakukan dengan cara memahami beberapa teori untuk menguatkan penelitian yang akan dilakukan. Adapun teori yang dikemukakan oleh Djamaris mengenai nilai kebudayaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  pembacaan model semiotika yang terdiri atas teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik. Adapun langkah awal dalam menganalisis novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R dalam penelitian ini adalah dengan pembacaan awal. Menganalisis unsur pembangun novel yang meliputi tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Langkah kedua dengan pembacaan  hermeneutik merupakan cara yang dilakukan oleh pembaca dengan bekerja secara terus-menerus lewat pembacaan teks sastra secara bolak-balik dari awal sampai akhir. Dengan menasfsirkan makna peristiwa dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R hingga menemukan nilai-nilai kebudayaan dalam cerita tersebut.

 

C.           HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum peneliti lebih lanjut meneliti nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R, peneliti terlebih dahulu meneliti latar sosiohistoris pengarang untuk menemukan ciri kesusastraan yang digunakan engarang dalam setiap karyanya. Adapun yang dibahas dalam latar sosiohistoris pengarang antara lain adalah (1) biografi Wahyu H. R, (2) hasil karya Wahyu H. R, (3) ciri kesusastraan pengarang, dan (4) latar sosial budaya pengarang. Ciri kesusastraan yang menunjukkan kekhasan pengarang Wahyu H. R dalam setiap karyanya antara lain adalah; (a) karya-karyanya berkaitan dengan cerita sejarah, (b) memiliki daya komunikatif, (c) mengungkap realitas sosial budaya, dan (d) banyak menggunakan istilah-istilah strategi perang.

Analisis kedua dalam penelitian ini adalah menganalisis struktur pembangun novel dengan menggunakan teori Robert Stanton. Stanton (2007: 11-36), membedakan unsur pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian yaitu tema, fakta cerita, dan sarana psastra. Analisis struktur pembangun novel sebagai berikut.

1.             Tema dalam novel Gugur Bunga Kedaton berkaitan keruntuhan kerajaan Demak Bintoro inilah yang dijadikan tema dalam novel tersebut dan digunakan sebagai judul dari novel. Gugur Bunga Kedaton menggambarkan suatu kerajaan atau kedatonan yang runtuh.

2.             Fakta cerita dalam novel Gugur Bunga Kedaton sebagai berikut.

a.              Alur dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R adalah alur maju.

b.             Tokoh yang menonjol dalam novel Gugur Bunga Kedaton antara lain adalah. Tokoh utama dalam novel ini adalah Rara Galuh yang merupakan selir dari Raja Demak Bintoro. Sultan Trenggono menjadi tokoh pendukung pemeran utama yang berperan sebagai raja di Kerajaan Demak Bintoro.

c.              Latar pada novel Gugur Bunga Kedaton dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat yang paling dominan terjadi di Demak Bintoro, Ujung Galuh dan Bang Wetan. Latar waktu terjadi pada sekitar tahun 1478-an sampai tahun 1546-an atau sekitar 69 tahunan. Latar sosial yang terdapat pada novel berhubungan dengan kehidupan masyarakat Jawa pada masa kerajaan Majapahit dan Demak Bintoro. Banyak kekisruhan dan peperangan yang terjadi pada masa ini.

 

Analisis selanjutnya, difokuskan pada analisis nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R. Adapun nilainilai budaya yang akan dianalisis akan ditinjau menggunakan teori Djamaris yang menyangkut lima nilai budaya. Berikut merupakan analisis nilai budaya yang telah dilakukan yang dapat mewakili analisis secara keseluruhan.

 

1.             Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan

Sastrapratedja (dalam Djamaris, 1994: 3) menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah homo religious, yaitu makhluk beragama. Homo religious adalah tipe manusia yang hidup dalam satu alam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai religius dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak dalam semesta alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, alam bintang, dan alam manusia.

Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan tuhan adalah  yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R meliputi nilai ketawakalan, ketakwaan, iman kepada takdir, bersyukur, dan keridaan. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang termasuk dalam nilai ketawakalan sebagai berikut.

 

(98) “Fokuskan hati dan pikiranmu pada Allah Ta’ala, Dialah yang menjadi sesembahan kita semua, Yang Mahasuci lagi Mahamulia. Dialah tujuan kita semua, ” jawab Raden Makdum Ibrahim (GBK, 2015: 43).

 

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna karena memiliki akal yang membedakannya dari makhluk lainnya. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa sebagai manusia, kita hendaknya menyembah Allah dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah karena untuk Allahlah tujuan dari manusia hidup. Ketawakalan dapat diwujudkan dengan cara beribadah, mengingat selalu dalam hati atas kebesaran dan keberadaan Allah. Nilai ketawakalan merupakan nilai yang berhubungan antara manusia langsung dengan Tuhannya.

 

2.             Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat

 selalu dikaitkan dengan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Dalam masyarakat ada interaksi sosial, interaksi inilah yang digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya.

Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R antara lain adalah musyawarah, gotong-royong, keselarasan atau keseimbangan, dan solidaritas. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang termasuk dalam nilai musyawarah sebagai berikut.

 

(121) Raden Jimbun putra sang Prabu Kertabhumi sedang mengadakan musyawarah di Paseban Kadipaten Glagah Wangi (GBK, 2015: 49).

 

Kutipan di atas menunjukkan adanya musyawarah yang diadakan oleh Raden Jimbun. Musyawarah tersebut membahas mengenai serangan yang akan dilancarkan pada kerajaan Majapahit, yang dianggap sebagai menghalang penyebaran agama Islam di Jawa. Musyawarah merupakan bentuk dari diskusi yang dilakukan untuk untuk memperoleh kesepakatan. Musyawarah menandai adanya nilai hubungan antara manusia dengan masyarakat.

 

3.             Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain

Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain menunjukkan bahwa dalam hidup bermasyarakat manusia tidak bisa lepas dari campur tangan orang lain. Maka dari itu manusia disebut dengan makhluk sosial. Aristoteles menyatakan bahwa manusia sebagai zoom politicon yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri, terlepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya.

Adapun nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton yaitu nilai kasih sayang, kesetiaan, kepatuhan terhadap orang tua, dan kebijaksanaan. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang termasuk dalam nilai kasih sayang sebagai berikut.

 

(143) Hidup rukun saling menyayangi dan mengasihi bagai satu tubuh yang bersatu. Bila ada yang tersakiti maka bagian tubuh yang lain pun akan merasa sakit pula (GBK, 2015: 305).

 

Nilai kasih sayang dapat dilihat pada kutipan tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hidup rukun yang terjadi pada masyarakat Demak Bintoro sehingga timbullah rasa saling menyayangi dan mengasihi. Masyarakat hidup saling rukun dan bersatu seperti satu tubuh, bila ada yang terluka maka seluruh tubuh akan merasakan sakit tersebut.

 

4.             Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial dan makhluk individual. Sebagai makhluk individu manusia memiliki hak-hak yang bersifat pribadi yang harus dihargai oleh orang lain. Windagdho (dalam Djamaris, 1990: 65) memaparkan bahwa manusia berbudaya itu mengenali dirinnya, berunding dengan dirinya sendiri sehingga tidak tergantung secara mutlak dari kekangan dan tawaran dari sekelilingnya, dan menguasai dunia sekitarnya.

Adapun nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton yaitu nilai kemauan keras, menuntut ilmu, menghayati adat dan agama, keberanian dan kewaspadaan. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang termasuk dalam nilai berusaha keras sebagai berikut.

 

(153) “Kita berlomba-lomba dalam amar ma’ruf nahi munkar, menghilangkan kemusyrikan, dan mengagungkan agama tauhid. Semoga Allah Ta’ala memberi rida-Nya” (GBK, 2015: 325).

 

Pada kutipan tersebut terlihat adanya nilai berusaha keras dalam memperoleh pahala dengan cara berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Pada zaman kerajaan Majapahit banyak penyelewengan dalam hal agama terutama kemusyrikan seperti menyembah benda mati dan menyembah roh-roh ghaib. Dalam hal ini, para sunan berlomba-lomba menyebaran kebaikan dan memurnikan ajaran agama tauhid yaitu agama Islam.

 

5.             Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam

Hubungan manusia dengan alam yaitu bagaimana manusia memandang alam karena masing-masing kebudayaan mempunyai persepsi yang berbeda tentang alam. Alam menyediakan berbagai kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia, maka sepatutnya manusia menjaga alam agar dapat memperoleh manfaat dari alam itu sendiri.

Adapun nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton yaitu nilai manusia yang bersatu dengan alam dan manusia yang menaklukkan atau mendayagunakan alam. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang termasuk dalam nilai manusia yang bersatu dengan alam sebagai berikut.

 

(166) Hidup bersama dan menyatu dengan alam. Sungguh tidak terbayangkan sebelumnya. Tidak henti-hentinya ia memandang hamparan padi yang menguning siap dipanen. Ladang jagung buahnya sudah berisi enak untuk di bakar. Sayur-mayur tumbuh subur bersebelahan tampak hijau segar (GBK, 2015: 149).

 

Data di atas menunjukkan bahwa adanya penyatuan antara manusia dengan alam. Manusia yang mampu hidup berdampingan dengan alam dapat mempertahankan hidupnya dengan memanfaatkan segala yang ada di alam. Buah dan sayuran yang ada di alam merupakan suatu hasil alam yang dapat dikelola dan dimanfaatkan manusia. Penyatuan inilah yang mencerminkan adanya manusia berhubungan dengan alam.

 

D.           SIMPULAN

Berdasarkan kajian teori, hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1.             Latar sosiohistoris digunakan untuk mengetahui latar sosial pengarang yaitu Wahyu H. R dan kepengarangannya. Wahyu H. R merupakan pengarang yang memiliki kegemaran mengenai sejarah, karena itu banyak novel-novelnya yang mengangkat tema sejarah. Banyak karya yang telah diterbitkannya, dari cerpen, novel, hingga buku. Ciri khas kesusastraan Wahyu H. R antara lain adalah; (a) karya-karyanya berkaitan dengan cerita sejarah, (b) memiliki daya komunikatif, (c) mengungkap realitas social budaya, dan (d) banyak menggunakan istilah-istilah strategi perang.

2.             Analisis struktural pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis unsur-unsur yang terkandung dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R yang kajiannya dibatasi pada unsur tema dan fakta cerita (alur, penokohan, dan latar).

a.              Tema dalam novel Gugur Bunga Kedaton berkaitan tokoh Rara Galuh.

Rara Galuh merupakan selir Sultan Trenggono. Keruntuhan kerajaan Demak Bintoro inilah yang dijadikan tema dalam novel tersebut dan digunakan sebagai judul dari novel. Gugur Bunga Kedaton menggambarkan suatu kerajaan atau kedatonan yang runtuh.

b.             Fakta cerita dalam novel Gugur Bunga Kedaton sebagai berikut.

1)            Alur dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R adalah alur maju.

2)            Tokoh yang menonjol dalam novel Gugur Bunga Kedaton antara lain adalah. Tokoh utama dalam novel ini adalah Rara Galuh yang menjadi selir dari Raja Demak Bintoro, Sultan Trenggono. Sultan Trenggono menjadi tokoh pendukung pemeran utama yang berperan sebagai Raja di Demak Bintoro.

3)            Latar pada novel Gugur Bunga Kedaton dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat yang paling dominan terjadi di Demak Bintoro, Ujung Galuh dan Bang Wetan. Latar waktu terjadi pada sekitar tahun 1478-an sampai tahun 1546-an atau sekitar 69 tahunan. Latar sosial yang terdapat pada novel berhubungan dengan kehidupan masyarakat Jawa pada masa kerajaan Majapahit dan Demak Bintoro. Banyak kekisruhan dan peperangan yang terjadi pada masa ini.


3.             Novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R merupakan novel yang banyak mengandung nilai kebudayaan. Dalam novel tersebut terdapat lima nilai budaya yang dianalisis menggunakan teori yang dipaparkan oleh Djamaris. Nilai tersebut meliputi nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang terdiri dari nilai ketawakalan, ketakwaan, iman kepada takdir, bersyukur, dan keridaan, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang terdiri dari nilai musyawarah, gotong-royong, keselarasan atau keseimbangan, dan solidaritas, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain yang terdiri dari nilai kasih sayang, kesetiaan, kepatuhan terhadap orang tua, dan kebijaksanaan, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yang terdiri dari nilai kemauan keras, menuntut ilmu, menghayati adat dan agama, keberanian dan kewaspadaan, dan nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam yang terdiri dari nilai manusia yang bersatu dengan alam dan manusia yang menaklukkan atau mendayagunakan alam.

Template Makalah (Non Penelitian)

JUDUL  (Judul Artikel Ditulis dengan Font Times New Roman 14, Maksimum 14 Kata untuk Bahasa Indonesia dan 12 Kata untuk Bahasa Inggris,)    ...