Minggu, 05 Mei 2013

SALAH KAPRAH ISTILAH YANG PERLU DIBENAHI BERSAMA

Bahasa merupakan media komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Setiap negara memiliki bahasa dan gaya komunikasi yang berbeda-beda. Selain itu, setiap negara juga menetapkan aturan baku masing-masing sebagai standarisasi penggunaan bahasa dalam kehidupan masyarakat.
Seiring perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah, aturan baku, dan berdasarkan kamus seringkali diabaikan. Akibatnya, penggunaan bahasa yang tidak sesuai kaidah, aturan baku, dan kamus menjadi kebiasaan, sehingga kata yang digunakan melahirkan makna baru yang tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan makna sebenarnya dari kata tersebut.
Berdasarkan KBBI edisi kedua (1989), salah kaprah itu sendiri memiliki pengertian kesalahan yang umum sekali sehingga orang tidak merasakan sebagai kesalahan.

Pengucapan kata yang salah kaprah 
          Kata-kata yang salah kaprah banyak kita temui diberbagai kesempatan. Baik itu dalam situasi formal maupun tidak formal. Kebanyakan penuturnya tidak menyadari apa yang sudah diucapkannya. Menurut penutur apa yang dia ucapkan adalah yang paling benar karena sudah banyak yang menggunakan istilah tersebut, baik itu dari kalangan yang biasa sampai kalangan yang berpendidikan.
Bahasa yang digunakan terkadang melahirkan makna baru yang tidak sesuai dengan arti yang sebenarnya. Namun, istilah tersebut tampaknya sudah mendarah daging. Contohnya saja istilah yang salah kaprah dan sering digunakan adalah istilah “acuh” untuk pengganti “cuek”, istilah “seronok” untuk pengganti “porno”. Pemakaian kata "kami" untuk pengganti kata "saya", penggunaan kata “kita” untuk kata “kami”, dan sebagainya.
Kata-kata di atas sangat familiar kita dengar ditelinga. Namun, masyarakat tidak menyadari bahwa kata tersebut  maknanya sudah menyimpang dari makna yang sebenarnya.

Perbaikan atas kesalahan (dalam pengucapan ) berdasarkan KBBI
Adanya kesalahan dalam pengucapan istilah yang salah kaprah dalam kehidupan sehari-hari membuat istilah tersebut  masih sering digunakan, walaupun maknanya berbeda. Hal ini terkadang membuat kita salah menempatkan istilah tersebut dalam konteks kalimat, contoh perbaikan istilah yang salah kaprah yaitu acuh sering diartikan oleh masyarakat pada umumnya sebagai cuek, dimana menurut KKBI acuh itu diartikan peduli. Selain itu, kata seronok yang sering diartikan oleh masyarakat pada umumnya sesuatu hal yang berbau porno, namun menurut KBBI arti yang sebenarnya yaitu, sesuatu hal yang menyenangkan hati dan masih banyak lagi kata-kata yang sering salah kaprah.
Kata lain yaitu kata abai. Menurut Jaya Suprono dalan artikelnya yang berjudul “Kelirumologi”, acapkali memiliki arti ganda yang keduanya memiliki pengertian bertolak belakang. Di satu sisi kata 'abai' dapat berarti 'diindahkan', 'diikuti', 'dituruti'. Contoh kalimat: "Anak yang baik hendaklah mengabaikan nasihat orang tua". Akan tetapi coba simak kalimat berikut: "Trolling sering dideskripsikan sebagai versi online dari eksperimen pelanggaran, dimana batas-batas sosial dan aturan etiket diabaikan". Kata 'diabaikan' pada contoh kalimat kedua berbanding terbalik dengan contoh kalimat sebelumnya. Jika tidak yakin mengetahui arti kata 'abai', maka bisa digunakan kata 'diindahkan', diikuti', atau 'dituruti' agar tidak terjadi pergeseran makna.
Walaupun sudah ada arti yang sebenarnya, masyarakat masih tidak peduli dan masih menggunakan yang sudah sering digunakan. Penutur yang salah kaprah semakin berkembang dimana-mana, istilah atau makna yang sebenarnya sudah terlupakan.

Penyebab timbulnya pengucapan istilah yang salah kaprah
Pengucapan istilah yang salah kaprah tentunya membuat kita bertanya-tanya mengapa dan kenapa penggunaan istilah tersebut bisa timbul di masyarakat kita. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan mengapa istilah tersebut bisa timbul dimasyarakat kita. Masyarakat kita tidak menyadari betapa fatalnya jika istilah tersebut digunakan apabila dalam situasi tertentu. Mungkin akan menimbulkan salah pengertian.
Pengucapan istilah yang salah kaprah disebabkan karena ketidakpedulian masyarakat akan pentingnya berbahasa. Umumnya masyarakat menyepelekan makna dari istilah tertentu, mereka menganggap istilah yang disebutkan adalah benar dan mungkin hanya memiliki makna yang sedikit bedanya. Padahal mereka tidak mengetahui istilah yang mereka ucapkan sebenarnya salah total. Misalnya saja paka kata “absen” yang di tulis oleh “Jaya Suprana” dalam artikelnya yang berjudul :”Kelirumologi”, ia mengatakan bahwa kata Absen berasal dari bahasa Inggris, absen  yang artinya tidak hadir. Namun kenyataan dalam kehidupan sehari-hari membuktikan, penggunaan kata tersebut diartikan sebaliknya, menjadi hadir.
Di sekolah dan kantor-kantor baik swasta maupun pemerintah, istilah buku absen digunakan untuk memberi label buku daftar hadir. Begitu pula kartu absen, yakni kartu yang digunakan untuk mengetahui kehadiran seseorang.
Merujuk pada arti dalam bahasa Inggris tadi, kata absen untuk buku absen atau kartu absen perlu diganti dengan presency card atau kartu kehadiran, yang berasal dari bahasa Inggris, present yang artinya hadir, mempersembahkan. Jadi sebaiknya digunakan bahasa Indonesia, misalnya kartu kehadiran atau buku daftar hadir.
Selain itu, istilah salah kaprah juga disebabkan karena kurangnya membaca. Apabila kita kurang banyak membaca tentu sedikit sekali informasi yang kita peroleh. Sebenarnya manfaat membaca itu banyak sekali bagi kita. Tetapi kita justru malas dan menutup mata dengan informasi yang kita butuhkan. Itulah sebabnya kita tidak banyak tahu tentang perkembangan informasi khususnya dalam bidang bahasa.

Akibat yang ditimbulkan dari pengucapan yang salah kaprah
        Apabila ada penyebab tentunya ada akibat yang ditimbulkannya. Begitu juga apabila dalam penggunaan istilah yang salah kaprah tentu saja ada akibat yang ditimbulkan. Akibat yang ditimbulkan dari pengucapan istilah yang salah kaprah tentunya sangat banyak. Misalnya saja, sering terjadinya salah paham antara lawan bicara. Dan salah paham itu akan menimbulkan dampak yang tidak baik dengan lawan bicara kita tersebut.
        Selain itu  juga, akibat yang ditimbulkan lainnya adalah kesalahan dalam memaknai istilah tersebut. maksudnya, istilah yang sudah fatal itu apabila selalu digunakan maka akan menyimpang dari makna yang sebenarnya dan akan menimbulkan kebingungan pada pengguna yang sudah benar dalam menggunakan istilah tersebut.

Cara menghidari pengucapan kata yang salah kaprah
Banyaknya terjadi kesalahan pengucapan yang salah kaprah membuat masyarakat kurang tahu arti yang sebenarnya, bahkan tidak pernah mau tahu arti atau makna yang sebenarnya. Cara untuk menghindari pengucapan yang salah kaprah yaitu dengan memperbanyak lagi  bahan bacaan. Tidak hanya melulu membaca komik saja, majalah saja atau bacaan luar negeri yang banyak beredar sekarang ini. sekali-sekali cobalah membaca bacaan tentang bahasa indonesia, menghormati bahasa sendiri lebih mulia.
Selain itu, cobalah  mencari referensi lain yang dapat menambah pengetahuan, misalnya melihat di internet,  bertanya pada pakar bahasa Indonesia bagaimana pengcucapak istilah yang benar.  Apakah kata yang digunakan artinya benar dan wajar untuk dipakai. Tentunya usaha yang sudah kita lakukan pasti akan bermanfaat dan tidak akan sia-sia dalam menambah ilmu. Kita akan menjadi orang yang bijak dalam berbahasa.
Jadi, penggunaan kata yang salah kaprah terkadang melahirkan makna baru yang tidak sesuai dengan makna sebenarnya dari kata tersebut. Dengan kita mengenal kata-kata yang sudah kita ucapkan, seharusnya kita mengetahui apakah kata-kata yang kita ucapkan sudah sesuai apa belum dengan makna yang sebenarnya dari kata itu. Semoga dengan membaca tulisan ilmiah populer ini, dapat sedikit menambah informasi bagi kita dan mungkin dapat membantu kita untuk memperbaiki kata yang sudah salah kaprah penggunaannya dalam masyarakat kita.

Oleh :
Irena Takdir (08 1224 050), Maria Evi M. (08 1224 051),
 Niche Afra (08 1224 052), Emilia Suryani (08 1224 054),
Yohanes Bali Ate (08 1224 071).

PENGHAPUS

getaran jiwa mulai perlahan mengasah
merajut pada jiwa yang mulai merana
perlahan tp pasti walaupun tanpa arah
mengguncangkan kalbu jiwa

mata kian mulai dengan egonya menjauh
menapaki mata-mata yang lain dgn guraunya
melotot seakan mau menerkam tanpah menoleh
pada getaran itu meskipun sekali saja

ah, sore ini seperti mainan
berdendang bersama kegalauan
ingin seperti penghapus tapi tak mampu untuk menghapus
dan hasryat jiwa pun semakin berhembus

#sangpembunuh

Sabtu, 27 April 2013

KOTAKU NYAMAN(?)


“Jogja Berhati Nyaman” itulah sepenggal kalimat yang menjadi motto daerah Istimewa Jogjakarta. Kalimat ini penuh beribuh-ribu makna yang tersirat meskipun hanya terdiri dari tiga penggalan kata. Kota Jogjakarta dipenuhi masyarakat dari berbagai pelosok di Indonesia, bahkan dapat dikatakan sebagai kota miniatur dari Negara Indonesia. Kehadiran berbagai macam pribadi yang memiliki sifat dan karakter kepribadian yang berbedah menjadi hal utama yang perlu diperhatikan oleh pribadi itu sendiri yang tentunya mengarah pada keamanan kota Jogjakarta tempat berdiang. Kanyaman hati yang dimaksudkan adalah adanya kepribadian sebagai penghuni yang menjaga keamanan dalam hidup bermasyarakat dengan penduduk setempat. Stabilitas keamanan di daerah Jogjakarta pada khususnya menjadi tanggung jawab aparat kemanan yang berwajib, namun dibalik itu masyarakat pun mempunyai tenggung jawab untuk ikut serta dalam mengamankan dan mencegah gangguan keamanan sekecil apapun. Pernyataan itu disampaikan oleh seorang mahasiswa UKDW yang bernama Aquinaldo-asal Sumba saat diwawancarai. Menurutnya, keamanan Jogjakarta perlu ditingkatkan lagi sehingga tercipta keamanan daerah yang terpeliarah dengan baik demi kenyaman dan ketentraman masyarakat.
Daerah Jogjakarta dalam kondisi saat ini belum dikatakan ‘aman’ dengan terjadinya berbagai macam kejadian seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pertama kali saya tinggal didaerah Jogja, saya sangat nyaman, namun akhir-akhir ini yang saya dengar banyak sekali kejadian yang terjadi entah itu perkelahian ataupun pembunuhan sekalipun. Ini menandakan bahwa kota Jogjakarta untuk saat ini kurang aman, lagi riskan. Ujar seorang mahasiswa Stimik Amikom yang bernama Rifai asal Timor. “Harapan saya petugas keamana harus lebih lihai dalam mengamankan daerah Jogja agar terdengar nyaman dan tentram dikalangan masyarakat penghuni Jogja,” tambahnya. Memang, keamanan di daerah Jogjakarta saat ini, belum aman, apalagi dengan kejadian yang baru terjadi di daerah babarsari, menurut saya kebanyakan kejadian yang terjadi itu merupakan ulah dari mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian yang baik, dan tak dapat dipungkiri juga bahwa ada beberapa kalangan masyarakat setempat yang sering mengusik kenyamanan hidup dari mahasiswa yang tinggal di daerah tersebut. Nah, dari hal-hal tersebutlah yang mengakibatkan kekacauan yang semestinya tidak perlu dan terjadi. Ini perlu diakan pengamanan terkontrol dari pihak keamanan yang ada di Jogja sehingga hal-hal tersebut bisa dicegah. Ujar seorang mahasiswa yang bernama Andre-asal Kalimantan.
Keamanan suatu wilayah tergantung dari pribadi yang dapat mengendalikan kepribadiaannya dan merasa bahwa keamanan itu bergantung pada dirinya sendiri. Keamanan merupakan hal yang terpenting dalam hidup bermasyaraskat. Dari berbagai pendapat nara sumber di atas, semuanya mengatakan bahwa bertolak belakang dari pengalaman mereka saat pertama berada di Jogja lebih baik dari pada saat sekarang. Ada banyak kejadian yang terjadi, permusuhan diantara mahasiswa dari berbagai daerah makin menjadi. Semuanya menjadi kendala bagi mahasiswa lainya yang lebih mementingkan apa yang menjadi tujuan utama mereka berada di kota Jogjakarta.
Menurut Ardiyanto mahasiswa Akprind, Jogja dalam kehidupan masyarakatnya sangat nyaman dan baik namun yang membuat Jogja tidak nyaman dan tidak baik adalah mahasiswa yang berkepribadian buruk. Jogja pada dasarnya memberikan kenyamanan bagi semua kalangan yang tinggal di daerah tersebut. Secara pribadi Jogja sangat aman tergantung dari pembawaan diri yang terkontrol. Satu hal yang disayangkan di kota Jogja adalah adanya tukang parkir dimana-mana. Sebagai mahasiswa tidak menerima hal tersebut karena secara ekonomi sudah merugikan mahasiswa. “masa kita pergi ke ATM saja harus bayar parkiran?” ucapnya. “Kitakan mahasiswa yang masih bergantung pada orang tua, masa semua tempat dijadikan lahan parkiran?, saya harap pemerintah daerah dapat memperhatikan hal tersebut,” tambahnya. Sependapat dengan hal tersebut, seorang mahasiswa USD asal papua juga mengatakan kebebasan kota Jogja terhadap pendatang baru harus lebih diperhatikan lagi sehingga hal-hal yang tidak diinginkan jangan sampai terjadi. “Rasa persaudaraan dalam satu darah harus lebih ditingkatkan karena secara umum kota ini merupakan muniatur dari Negara kita bahkan dari Negara luar pun ada yang berdiang dikota ini,“ tuturnya dengan jelas.
Oleh: baliAte

Template Makalah (Non Penelitian)

JUDUL  (Judul Artikel Ditulis dengan Font Times New Roman 14, Maksimum 14 Kata untuk Bahasa Indonesia dan 12 Kata untuk Bahasa Inggris,)    ...