Bahasa
merupakan media komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sosial
masyarakat. Setiap negara memiliki bahasa dan gaya komunikasi yang
berbeda-beda. Selain itu, setiap negara juga menetapkan aturan baku
masing-masing sebagai standarisasi penggunaan bahasa dalam kehidupan
masyarakat.
Seiring
perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, penggunaan bahasa yang
sesuai dengan kaidah, aturan baku, dan berdasarkan kamus seringkali diabaikan.
Akibatnya, penggunaan bahasa yang tidak sesuai kaidah, aturan baku, dan kamus menjadi
kebiasaan, sehingga kata yang digunakan melahirkan makna baru yang tidak sesuai
atau bahkan bertentangan dengan makna sebenarnya dari kata tersebut.
Berdasarkan
KBBI edisi kedua (1989), salah kaprah itu sendiri memiliki pengertian kesalahan
yang umum sekali sehingga orang tidak merasakan sebagai kesalahan.
Pengucapan kata yang salah
kaprah
Kata-kata
yang salah kaprah banyak kita temui diberbagai kesempatan. Baik itu dalam
situasi formal maupun tidak formal. Kebanyakan penuturnya tidak menyadari apa
yang sudah diucapkannya. Menurut penutur apa yang dia ucapkan adalah yang
paling benar karena sudah banyak yang menggunakan istilah tersebut, baik itu
dari kalangan yang biasa sampai kalangan yang berpendidikan.
Bahasa
yang digunakan terkadang melahirkan makna baru yang tidak sesuai dengan arti
yang sebenarnya. Namun, istilah tersebut tampaknya sudah mendarah daging.
Contohnya saja istilah yang salah kaprah dan sering digunakan adalah istilah “acuh”
untuk pengganti “cuek”, istilah “seronok” untuk pengganti “porno”. Pemakaian
kata "kami" untuk pengganti kata "saya", penggunaan kata
“kita” untuk kata “kami”, dan sebagainya.
Kata-kata
di atas sangat familiar kita dengar ditelinga. Namun, masyarakat tidak menyadari
bahwa kata tersebut maknanya sudah menyimpang
dari makna yang sebenarnya.
Perbaikan atas kesalahan (dalam
pengucapan ) berdasarkan KBBI
Adanya
kesalahan dalam pengucapan istilah yang salah kaprah dalam kehidupan sehari-hari
membuat istilah tersebut masih sering
digunakan, walaupun maknanya berbeda. Hal ini terkadang membuat kita salah
menempatkan istilah tersebut dalam konteks kalimat, contoh perbaikan istilah
yang salah kaprah yaitu acuh sering diartikan oleh masyarakat pada umumnya
sebagai cuek, dimana menurut KKBI acuh itu diartikan peduli. Selain itu, kata
seronok yang sering diartikan oleh masyarakat pada umumnya sesuatu hal yang
berbau porno, namun menurut KBBI arti yang sebenarnya yaitu, sesuatu hal yang
menyenangkan hati dan masih banyak lagi kata-kata yang sering salah kaprah.
Kata lain yaitu kata abai. Menurut
Jaya Suprono dalan artikelnya yang berjudul “Kelirumologi”, acapkali memiliki
arti ganda yang keduanya memiliki pengertian bertolak belakang. Di satu sisi
kata 'abai' dapat berarti 'diindahkan', 'diikuti', 'dituruti'. Contoh kalimat:
"Anak yang baik hendaklah mengabaikan nasihat orang tua". Akan tetapi
coba simak kalimat berikut: "Trolling sering dideskripsikan sebagai versi
online dari eksperimen pelanggaran, dimana batas-batas sosial dan aturan etiket
diabaikan". Kata 'diabaikan' pada contoh kalimat kedua berbanding terbalik
dengan contoh kalimat sebelumnya. Jika tidak yakin mengetahui arti
kata 'abai', maka bisa digunakan kata 'diindahkan', diikuti', atau 'dituruti'
agar tidak terjadi pergeseran makna.
Walaupun
sudah ada arti yang sebenarnya, masyarakat masih tidak peduli dan masih
menggunakan yang sudah sering digunakan. Penutur yang salah kaprah semakin
berkembang dimana-mana, istilah atau makna yang sebenarnya sudah terlupakan.
Penyebab timbulnya pengucapan
istilah yang salah kaprah
Pengucapan
istilah yang salah kaprah tentunya membuat kita bertanya-tanya mengapa dan
kenapa penggunaan istilah tersebut bisa timbul di masyarakat kita. Tentunya banyak
faktor yang menyebabkan mengapa istilah tersebut bisa timbul dimasyarakat kita.
Masyarakat kita tidak menyadari betapa fatalnya jika istilah tersebut digunakan
apabila dalam situasi tertentu. Mungkin akan menimbulkan salah pengertian.
Pengucapan
istilah yang salah kaprah disebabkan karena ketidakpedulian masyarakat akan
pentingnya berbahasa. Umumnya masyarakat menyepelekan makna dari istilah
tertentu, mereka menganggap istilah yang disebutkan adalah benar dan mungkin
hanya memiliki makna yang sedikit bedanya. Padahal mereka tidak mengetahui
istilah yang mereka ucapkan sebenarnya salah total. Misalnya saja paka kata
“absen” yang di tulis oleh “Jaya Suprana” dalam artikelnya yang berjudul
:”Kelirumologi”, ia mengatakan bahwa kata Absen berasal dari bahasa Inggris, absen yang
artinya tidak hadir. Namun kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
membuktikan, penggunaan kata tersebut diartikan sebaliknya, menjadi hadir.
Di sekolah dan kantor-kantor baik
swasta maupun pemerintah, istilah buku absen digunakan untuk memberi
label buku daftar hadir. Begitu pula kartu absen, yakni kartu yang
digunakan untuk mengetahui kehadiran seseorang.
Merujuk pada arti dalam bahasa
Inggris tadi, kata absen untuk buku absen atau kartu absen
perlu diganti dengan presency card atau kartu kehadiran, yang
berasal dari bahasa Inggris, present yang artinya hadir, mempersembahkan.
Jadi sebaiknya digunakan bahasa Indonesia, misalnya kartu kehadiran atau
buku daftar hadir.
Selain
itu, istilah salah kaprah juga disebabkan karena kurangnya membaca. Apabila
kita kurang banyak membaca tentu sedikit sekali informasi yang kita peroleh.
Sebenarnya manfaat membaca itu banyak sekali bagi kita. Tetapi kita justru
malas dan menutup mata dengan informasi yang kita butuhkan. Itulah sebabnya
kita tidak banyak tahu tentang perkembangan informasi khususnya dalam bidang
bahasa.
Akibat yang ditimbulkan dari
pengucapan yang salah kaprah
Apabila
ada penyebab tentunya ada akibat yang ditimbulkannya. Begitu juga apabila dalam
penggunaan istilah yang salah kaprah tentu saja ada akibat yang ditimbulkan.
Akibat yang ditimbulkan dari pengucapan istilah yang salah kaprah tentunya
sangat banyak. Misalnya saja, sering terjadinya salah paham antara lawan
bicara. Dan salah paham itu akan menimbulkan dampak yang tidak baik dengan
lawan bicara kita tersebut.
Selain itu juga, akibat yang ditimbulkan lainnya adalah kesalahan
dalam memaknai istilah tersebut. maksudnya, istilah yang sudah fatal itu apabila
selalu digunakan maka akan menyimpang dari makna yang sebenarnya dan akan
menimbulkan kebingungan pada pengguna yang sudah benar dalam menggunakan
istilah tersebut.
Cara menghidari pengucapan kata
yang salah kaprah
Banyaknya
terjadi kesalahan pengucapan yang salah kaprah membuat masyarakat kurang tahu
arti yang sebenarnya, bahkan tidak pernah mau tahu arti atau makna yang
sebenarnya. Cara untuk menghindari pengucapan yang salah kaprah yaitu dengan memperbanyak
lagi bahan bacaan. Tidak hanya melulu
membaca komik saja, majalah saja atau bacaan luar negeri yang banyak beredar
sekarang ini. sekali-sekali cobalah membaca bacaan tentang bahasa indonesia,
menghormati bahasa sendiri lebih mulia.
Selain
itu, cobalah mencari referensi lain yang
dapat menambah pengetahuan, misalnya melihat di internet, bertanya pada pakar bahasa Indonesia bagaimana
pengcucapak istilah yang benar. Apakah
kata yang digunakan artinya benar dan wajar untuk dipakai. Tentunya usaha yang
sudah kita lakukan pasti akan bermanfaat dan tidak akan sia-sia dalam menambah
ilmu. Kita akan menjadi orang yang bijak dalam berbahasa.
Jadi,
penggunaan kata yang salah kaprah terkadang melahirkan makna baru yang tidak
sesuai dengan makna sebenarnya dari kata tersebut. Dengan kita mengenal kata-kata
yang sudah kita ucapkan, seharusnya kita mengetahui apakah kata-kata yang kita
ucapkan sudah sesuai apa belum dengan makna yang sebenarnya dari kata itu.
Semoga dengan membaca tulisan ilmiah populer ini, dapat sedikit menambah
informasi bagi kita dan mungkin dapat membantu kita untuk memperbaiki kata yang
sudah salah kaprah penggunaannya dalam masyarakat kita.
Oleh :
Irena
Takdir (08 1224 050), Maria Evi M. (08 1224 051),
Niche Afra (08 1224 052), Emilia Suryani (08
1224 054),
Yohanes
Bali Ate (08 1224 071).