A. LATAR BELAKANG
Novel termasuk
dalam fiksi berbentuk prosa. Kata novel berasal dari bahasa Itali yaitu kata
novella yang dalam bahasa Jerman berasal dari kata novella, sedangkan secara
harfiah kata novella memiliki arti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian
diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiantoro, 2007:
8).
Nilai-nilai dalam
novel tersebut adalah dapat dikaji dengan antropologi sastra. Antropologi
sastra menekankan pada analisis karya sastra yang didasarkan atas aspek-aspek
kebudayaan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri. Salah satu novel
yang banyak mengandung nilai kebudayaan adalah novel Gugur Bunga Kedaton karya
Wahyu H. R. Novel ini menceritakan sejarah Majapahit kuno yang sangat kental
akan kehidupan masyarakat Jawa pada zaman tersebut.
Penelitiam ini
menggunakan antropologi sastra sebagai
objek formal. Adapun alasannya digunakan kajian antropologi sastra dikarenakan
novel ini memuat masalah kehidupan sosial masyarakat dari sistem kerajaan yang
mwngenal adanya kasta hingga kehidupan rakyat jelata. Selain itu, novel ini
banyak memuat nilai-nilai keagamaan yang berkembang pada masa kerajaan
Majapahit kuno yang penuh dengan kepercayaankepercayaan yang berbau mistis dan
bertentangan dengan ajaran agama murni. Novel ini juga banyak memuat
nilai-nilai kebudayaan, yang nantinya menjadi sorotan utama dalam penelitian.
Koentjaraningrat
(1987: 85) nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam
pikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap
amat mulia. Dalam kehidupan masyarakat, sistem nilai ini berkaitan dengan sikap
dan tingkah laku manusia. Sistem nilai adalah bagian terpadu dalam etika moral
yang dijabarkan dalam norma-norma sosial, sistem hukum dan adat yang berfungsi
sebagai tata kelakuan untuk mengatur masyarakat.
Wahyu H. R
merupakan penulis, pemerhati masalah failsafat, budaya, dan sejarah yang lahir
di Jombang. Selain itu, penulis juga berperan sebagai praktisi spiritual. Penulis
memiliki hobi bertualang menjelajah alam, mendaki gunung, dan senang akan
situs-situs sejarah. Peneliti memilih karya Wahyu H. R didasarkan atas gaya
pengarang yang berbeda dengan penulis-penulis lain, salah satunya adalah Wahyu
H. R mengemas cerita sejarah dalam bentuk novel kolosal yang mempermudah para
pembaca untuk mengenal sejarah dengan sudut pandang dan penceritaan yang
dibumbui oleh fiksi di dalamnya.
Novel Gugur Bunga
Kedaton karya Wahyu H. R merupakan novel yang di dalamnya banyak nilai
kebudayaan. Nilai kebudayaan yang terdapat dalam novel ini terlihat pada
kehidupan masyarakat Jawa dan agama Hindu yang melatari cerita dalam novel
tersebut. Novel ini menyoroti perjalanan kerajaan Majapahit kuno serta keadaan
masyarakat pada zaman tersebut. Penulis menceritakan sejarah kerajaan Majapahit
yang telah berada dalam kemunduran dari masa kejayaannya. Kekuatan Majapahit
yang luar biasa dapat ditaklukkan oleh kerajaan Demak, kerajaan kecil yang
berada di pesisir utara pulau Jawa.
Masalah yang
menarik dalam penelitian ini adalah peneliti terfokus pada nilai-nilai
kebudayaan yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton. Adapun nilai-nilai
kebudayaan tersebut akan digali dengan menggunakan teori yang dipaparkan oleh
Djamaris yang mencakup lima nilai kebudayaan. Nilai kebudayaan yang akan dikaji
dalam penelitian meliputi; 1) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan Tuhan, 2)
nilai kebudayaan hubungan manusia dengan alam, 3) nilai kebudayaan hubungan
manusia dengan masyarakat, 4) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan sesama
atau orang lain, dan 5) nilai kebudayaan hubungan manusia dengan dirinya
sendiri.
Sehubungan dengan
hal di atas, maka penelitian nilai kebudayaan dalam novel Gugur Bunga Kedaton
karya Wahyu H. R akan dianalisis menggunakan tinjauan antropologi sastra dengan
judul “Nilai Kebudayaan dalam Novel Gugur
Bunga Kedaton Karya Wahyu H. R: Kajian Antropologi Sastra.
Nurgiyantoro (2009:
15) menyatakan bahwa novel merupakan karya yang bersifat realistis dan
mengandung nilai psikologi yang mendalam sehingga novel dapat berkembang dari
sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen, sedangkan
roman atau romansa lebih bersifat puitis. Stanton membedakan unsur pembangun
sebuah novel ke dalam tiga bagian yaitu tema, fakta cerita, dan sarana
pengucapan sastra.
Antropologi sastra,
menurut Poyatos (dalam Ratna, 2011: 33) merupakan analisis sastra antarbudaya, kebudayaan
yang berbeda-beda, semacam sastra bandingan. Analisis antropologis adalah usaha
untuk mencoba memberikan identitas terhadap karya tersebut, dengan
menganggapnya sebagai mengandung aspek tertentu, dalam hubungan ciri-ciri
kebudayaannya.
Djamaris (2001: 3)
mengungkapkan bahwa nilai budaya dikelompokkan ke dalam lima pola hubungan, yaitu
(1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, (2) nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, (4) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain atau
sesamanya, (5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Implementasi
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan; implementasi adalah suatu
proses, aktivitas yang digunakan untuk menstransfer ide atau gagasan yang
dituangkan dalam desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain
tersebut.
B.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalam
menganalisis novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R adalah metode
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ini memanfaatkan strategi studi
kasus terpancang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematis data-data tertulis berupa kata-kata, kalimat, paragraf, atau wacana
yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R diperoleh
nilai-nilai kebudayaan melalui tinjauan antropologi sastra.
Adapun objek penelitian ini adalah nilai
kebudayaan yang terkandung dalam novel Gugur Bunga Kedaton. Hal yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah struktur pembangun novel, nilai
kebudayaan yang terdapat dalam novel.
Sumber data penelitian ini dibagi menjadi
dua yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber
data asli yang bersumber langsung dari tangan pertama peneliti. Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu
H. R yang diterbitkan oleh Metamind (Creative Imprint of Tiga Serangkai) tahun
2015 setebal 733 halaman. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh
secara tidak langsung atau lewat perantara, tetapi tetap bersandar kepada kategori
atau parameter yang menjadi rujukan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah biografi pengarang dan karya-karya Wahyu H. R lainnya.
Pengumpulan data dalam penelitian
menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka, yaitu peneliti
membaca novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R secara keseluruhan. Teknik
simak, yaitu peneliti menyimak secara cermat dan teliti teks novel Gugur
Bunga Kedaton karya Wahyu H. R agar memperoleh data yang diinginkan. Teknik
catat, yaitu data yang diperoleh dari penyimakkan kemudian dicatat, sesuai
dengan data yang diperlukan dalam penelitian.
Validitas atau keabsahan data merupakan
kebenaran data dari proses penelitian. Dalam mendapatkan data, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan triangulasi. Trianggulasi merupakan teknik yang
didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Penelitian ini
menggunakan trianggulasi teoretis yang dilakukan dengan cara memahami beberapa
teori untuk menguatkan penelitian yang akan dilakukan. Adapun teori yang
dikemukakan oleh Djamaris mengenai nilai kebudayaan. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pembacaan model semiotika yang terdiri atas
teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik. Adapun langkah awal dalam
menganalisis novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R dalam penelitian
ini adalah dengan pembacaan awal. Menganalisis unsur pembangun novel yang
meliputi tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Langkah kedua dengan pembacaan hermeneutik merupakan cara yang dilakukan oleh
pembaca dengan bekerja secara terus-menerus lewat pembacaan teks sastra secara
bolak-balik dari awal sampai akhir. Dengan menasfsirkan makna peristiwa dan
kejadian-kejadian yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya
Wahyu H. R hingga menemukan nilai-nilai kebudayaan dalam cerita tersebut.
C.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Sebelum peneliti lebih lanjut meneliti
nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya
Wahyu H. R, peneliti terlebih dahulu meneliti latar sosiohistoris pengarang
untuk menemukan ciri kesusastraan yang digunakan engarang dalam setiap karyanya.
Adapun yang dibahas dalam latar sosiohistoris pengarang antara lain adalah (1)
biografi Wahyu H. R, (2) hasil karya Wahyu H. R, (3) ciri kesusastraan
pengarang, dan (4) latar sosial budaya pengarang. Ciri kesusastraan yang
menunjukkan kekhasan pengarang Wahyu H. R dalam setiap karyanya antara lain
adalah; (a) karya-karyanya berkaitan dengan cerita sejarah, (b) memiliki daya komunikatif,
(c) mengungkap realitas sosial budaya, dan (d) banyak menggunakan istilah-istilah
strategi perang.
Analisis kedua dalam penelitian ini adalah
menganalisis struktur pembangun novel dengan menggunakan teori Robert Stanton. Stanton
(2007: 11-36), membedakan unsur pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian
yaitu tema, fakta cerita, dan sarana psastra. Analisis struktur pembangun novel
sebagai berikut.
1.
Tema dalam novel Gugur
Bunga Kedaton berkaitan keruntuhan kerajaan Demak Bintoro inilah yang
dijadikan tema dalam novel tersebut dan digunakan sebagai judul dari novel. Gugur
Bunga Kedaton menggambarkan suatu kerajaan atau kedatonan yang runtuh.
2.
Fakta cerita dalam novel Gugur
Bunga Kedaton sebagai berikut.
a.
Alur dalam novel Gugur
Bunga Kedaton karya Wahyu H. R adalah alur maju.
b.
Tokoh yang menonjol dalam
novel Gugur Bunga Kedaton antara lain adalah. Tokoh utama dalam novel
ini adalah Rara Galuh yang merupakan selir dari Raja Demak Bintoro. Sultan
Trenggono menjadi tokoh pendukung pemeran utama yang berperan sebagai raja di Kerajaan
Demak Bintoro.
c.
Latar pada novel Gugur
Bunga Kedaton dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar
tempat yang paling dominan terjadi di Demak Bintoro, Ujung Galuh dan Bang Wetan.
Latar waktu terjadi pada sekitar tahun 1478-an sampai tahun 1546-an atau
sekitar 69 tahunan. Latar sosial yang terdapat pada novel berhubungan dengan kehidupan
masyarakat Jawa pada masa kerajaan Majapahit dan Demak Bintoro. Banyak
kekisruhan dan peperangan yang terjadi pada masa ini.
Analisis selanjutnya, difokuskan pada
analisis nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya
Wahyu H. R. Adapun nilainilai budaya yang akan dianalisis akan ditinjau
menggunakan teori Djamaris yang menyangkut lima nilai budaya. Berikut merupakan
analisis nilai budaya yang telah dilakukan yang dapat mewakili analisis secara
keseluruhan.
1.
Nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan Tuhan
Sastrapratedja (dalam Djamaris, 1994: 3)
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah homo religious, yaitu
makhluk beragama. Homo religious adalah tipe manusia yang hidup dalam
satu alam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai religius dan dapat menikmati
sakralitas yang ada dan tampak dalam semesta alam materi, alam tumbuh-tumbuhan,
alam bintang, dan alam manusia.
Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan
tuhan adalah yang terdapat dalam novel Gugur
Bunga Kedaton karya Wahyu H. R meliputi nilai ketawakalan, ketakwaan, iman
kepada takdir, bersyukur, dan keridaan. Data yang mewakili nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan Tuhan yang termasuk dalam nilai ketawakalan sebagai
berikut.
(98)
“Fokuskan hati dan pikiranmu pada Allah Ta’ala, Dialah yang menjadi sesembahan
kita semua, Yang Mahasuci lagi Mahamulia. Dialah tujuan kita semua, ” jawab
Raden Makdum Ibrahim (GBK, 2015: 43).
Manusia merupakan makhluk yang paling
sempurna karena memiliki akal yang membedakannya dari makhluk lainnya. Kutipan
tersebut menunjukkan bahwa sebagai manusia, kita hendaknya menyembah Allah dan menyerahkan
segala sesuatunya kepada Allah karena untuk Allahlah tujuan dari manusia hidup.
Ketawakalan dapat diwujudkan dengan cara beribadah, mengingat selalu dalam hati
atas kebesaran dan keberadaan Allah. Nilai ketawakalan merupakan nilai yang
berhubungan antara manusia langsung dengan Tuhannya.
2.
Nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan masyarakat
selalu dikaitkan dengan orang lain. Manusia
merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Dalam
masyarakat ada interaksi sosial, interaksi inilah yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi antara satu dengan lainnya.
Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan
masyarakat yang terdapat dalam novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R
antara lain adalah musyawarah, gotong-royong, keselarasan atau keseimbangan, dan
solidaritas. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat
yang termasuk dalam nilai musyawarah sebagai berikut.
(121)
Raden Jimbun putra sang Prabu Kertabhumi sedang mengadakan musyawarah di
Paseban Kadipaten Glagah Wangi (GBK, 2015: 49).
Kutipan di atas menunjukkan adanya
musyawarah yang diadakan oleh Raden Jimbun. Musyawarah tersebut membahas
mengenai serangan yang akan dilancarkan pada kerajaan Majapahit, yang dianggap
sebagai menghalang penyebaran agama Islam di Jawa. Musyawarah merupakan bentuk
dari diskusi yang dilakukan untuk untuk memperoleh kesepakatan. Musyawarah
menandai adanya nilai hubungan antara manusia dengan masyarakat.
3.
Nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan orang lain
Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan
orang lain menunjukkan bahwa dalam hidup bermasyarakat manusia tidak bisa lepas
dari campur tangan orang lain. Maka dari itu manusia disebut dengan makhluk sosial.
Aristoteles menyatakan bahwa manusia sebagai zoom politicon yang artinya
manusia tidak dapat hidup sendiri, terlepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya.
Adapun nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan orang lain yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton yaitu
nilai kasih sayang, kesetiaan, kepatuhan terhadap orang tua, dan kebijaksanaan.
Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang termasuk
dalam nilai kasih sayang sebagai berikut.
(143) Hidup rukun
saling menyayangi dan mengasihi bagai satu tubuh yang bersatu. Bila ada yang tersakiti
maka bagian tubuh yang lain pun akan merasa sakit pula (GBK, 2015: 305).
Nilai kasih sayang dapat dilihat pada
kutipan tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hidup rukun yang terjadi
pada masyarakat Demak Bintoro sehingga timbullah rasa saling menyayangi dan
mengasihi. Masyarakat hidup saling rukun dan bersatu seperti satu tubuh, bila
ada yang terluka maka seluruh tubuh akan merasakan sakit tersebut.
4.
Nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan diri sendiri
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk sosial dan makhluk individual. Sebagai makhluk individu manusia
memiliki hak-hak yang bersifat pribadi yang harus dihargai oleh orang lain. Windagdho
(dalam Djamaris, 1990: 65) memaparkan bahwa manusia berbudaya itu mengenali
dirinnya, berunding dengan dirinya sendiri sehingga tidak tergantung secara
mutlak dari kekangan dan tawaran dari sekelilingnya, dan menguasai dunia
sekitarnya.
Adapun nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan diri sendiri yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton yaitu
nilai kemauan keras, menuntut ilmu, menghayati adat dan agama, keberanian dan
kewaspadaan. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat
yang termasuk dalam nilai berusaha keras sebagai berikut.
(153) “Kita
berlomba-lomba dalam amar ma’ruf nahi munkar, menghilangkan kemusyrikan,
dan mengagungkan agama tauhid. Semoga Allah Ta’ala memberi rida-Nya” (GBK,
2015: 325).
Pada kutipan tersebut terlihat adanya
nilai berusaha keras dalam memperoleh pahala dengan cara berlomba-lomba dalam
hal kebaikan. Pada zaman kerajaan Majapahit banyak penyelewengan dalam hal
agama terutama kemusyrikan seperti menyembah benda mati dan menyembah roh-roh
ghaib. Dalam hal ini, para sunan berlomba-lomba menyebaran kebaikan dan
memurnikan ajaran agama tauhid yaitu agama Islam.
5.
Nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan alam
Hubungan manusia dengan alam yaitu
bagaimana manusia memandang alam karena masing-masing kebudayaan mempunyai
persepsi yang berbeda tentang alam. Alam menyediakan berbagai kebutuhan yang
dibutuhkan oleh manusia, maka sepatutnya manusia menjaga alam agar dapat
memperoleh manfaat dari alam itu sendiri.
Adapun nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan alam yang terdapat pada novel Gugur Bunga Kedaton yaitu nilai
manusia yang bersatu dengan alam dan manusia yang menaklukkan atau
mendayagunakan alam. Data yang mewakili nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan masyarakat yang termasuk dalam nilai manusia yang bersatu dengan alam
sebagai berikut.
(166) Hidup
bersama dan menyatu dengan alam. Sungguh tidak terbayangkan sebelumnya. Tidak
henti-hentinya ia memandang hamparan padi yang menguning siap dipanen. Ladang
jagung buahnya sudah berisi enak untuk di bakar. Sayur-mayur tumbuh subur
bersebelahan tampak hijau segar (GBK, 2015: 149).
Data di atas menunjukkan bahwa adanya
penyatuan antara manusia dengan alam. Manusia yang mampu hidup berdampingan
dengan alam dapat mempertahankan hidupnya dengan memanfaatkan segala yang ada
di alam. Buah dan sayuran yang ada di alam merupakan suatu hasil alam yang
dapat dikelola dan dimanfaatkan manusia. Penyatuan inilah yang mencerminkan adanya
manusia berhubungan dengan alam.
D.
SIMPULAN
Berdasarkan kajian teori, hasil analisis
dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1.
Latar sosiohistoris
digunakan untuk mengetahui latar sosial pengarang yaitu Wahyu H. R dan
kepengarangannya. Wahyu H. R merupakan pengarang yang memiliki kegemaran
mengenai sejarah, karena itu banyak novel-novelnya yang mengangkat tema sejarah.
Banyak karya yang telah diterbitkannya, dari cerpen, novel, hingga buku. Ciri
khas kesusastraan Wahyu H. R antara lain adalah; (a) karya-karyanya berkaitan
dengan cerita sejarah, (b) memiliki daya komunikatif, (c) mengungkap realitas social
budaya, dan (d) banyak menggunakan istilah-istilah strategi perang.
2.
Analisis struktural pada
penelitian ini digunakan untuk menganalisis unsur-unsur yang terkandung dalam
novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R yang kajiannya dibatasi pada
unsur tema dan fakta cerita (alur, penokohan, dan latar).
a.
Tema dalam novel Gugur
Bunga Kedaton berkaitan tokoh Rara Galuh.
Rara Galuh merupakan selir Sultan Trenggono. Keruntuhan
kerajaan Demak Bintoro inilah yang dijadikan tema dalam novel tersebut dan digunakan
sebagai judul dari novel. Gugur Bunga Kedaton menggambarkan suatu
kerajaan atau kedatonan yang runtuh.
b.
Fakta cerita dalam novel Gugur
Bunga Kedaton sebagai berikut.
1)
Alur dalam novel Gugur
Bunga Kedaton karya Wahyu H. R adalah alur maju.
2)
Tokoh yang menonjol dalam
novel Gugur Bunga Kedaton antara lain adalah. Tokoh utama dalam novel
ini adalah Rara Galuh yang menjadi selir dari Raja Demak Bintoro, Sultan
Trenggono. Sultan Trenggono menjadi tokoh pendukung pemeran utama yang berperan
sebagai Raja di Demak Bintoro.
3)
Latar pada novel Gugur
Bunga Kedaton dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar
tempat yang paling dominan terjadi di Demak Bintoro, Ujung Galuh dan Bang Wetan.
Latar waktu terjadi pada sekitar tahun 1478-an sampai tahun 1546-an atau
sekitar 69 tahunan. Latar sosial yang terdapat pada novel berhubungan dengan
kehidupan masyarakat Jawa pada masa kerajaan Majapahit dan Demak Bintoro. Banyak
kekisruhan dan peperangan yang terjadi pada masa ini.
3. Novel Gugur Bunga Kedaton karya Wahyu H. R merupakan novel yang banyak mengandung nilai kebudayaan. Dalam novel tersebut terdapat lima nilai budaya yang dianalisis menggunakan teori yang dipaparkan oleh Djamaris. Nilai tersebut meliputi nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang terdiri dari nilai ketawakalan, ketakwaan, iman kepada takdir, bersyukur, dan keridaan, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yang terdiri dari nilai musyawarah, gotong-royong, keselarasan atau keseimbangan, dan solidaritas, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain yang terdiri dari nilai kasih sayang, kesetiaan, kepatuhan terhadap orang tua, dan kebijaksanaan, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yang terdiri dari nilai kemauan keras, menuntut ilmu, menghayati adat dan agama, keberanian dan kewaspadaan, dan nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam yang terdiri dari nilai manusia yang bersatu dengan alam dan manusia yang menaklukkan atau mendayagunakan alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar