Film 3 :
Alif, Lam, Mim menceritakan tentang persahabatan tiga tokoh utama yang sama-sama
belajar silat di padepokan Pesantren Al-Ikhlas. tiga tokoh utama tersebut
adalah Alif yang diperankan oleh Cornelio Sunny, Herlam yang diperankan oleh
Abimana Aryasatya, dan Mimbo yang diperankan oleh Agus Kuncoro.
Ketika
Alif, Lam, Mim serta santri lainnya sedang berlatih bersama guru silat mereka,
latihan mereka terhenti saat salah satu santri mengabarkan berita bahwa rumah
Alif dibakar oleh orang-orang tak dikenal dan Alif pun bergegas untuk pulang
kerumahnya. Dalam kejadian tersebut orang tua Alif meninggal dan Alif ditembak
saat bertarung dengan komplotan orang-orang tak dikenal yang membakar rumahnya.
Padepokan silat tersebut pun ditutup karena dicurigai oleh pemerintah sebagai
sarang teroris dan guru silat mereka pergi meninggalkan murid-muridnya.
Setelah
kejadian tersebut, tiga sahabat tersebut memutuskan untuk memilih jalannya
masing-masing. Alif seorang idealis memilih untuk menjadi aparat negara karena
ia ingin menumpas segala bentuk kejahatan yang ada di Indonesia. Lam yang juga
idealis memilih untuk menjadi seorang jurnalis dan menyebarkan kebenaran
melalui berita yang ia tulis. Mim seorang fundamentalis memilih untuk menetap
di pondok dan mengabdi kepada agama di pesantren Al-Ikhlas yang dipimpin oleh
K.H. Muklis.
Saat
mereka dewasa, mereka dipertemukan pasca kejadian peledakan Candi Kafe di
Jakarta yang melibatkan Laras kekasihnya Alif, dan santri dari pondok pesantren
Al-Ikhlas. Pada saat peledakan Alif berada di kafe tersebut untuk menemui
Laras. Alif menerima pesan dari Laras untuk menemuinya di Candi Kafe, akan
tetapi ternyata pesan tersebut merupakan jebakan untuk Alif. Namun, Alif
berhasil selamat dari kejadian tersebut karena ia berada diluar kafe pada saat
peledakan. Pada saat itu ia sedang meminta maaf kepada ketiga santri dari pesantren
Al-Ikhlas atas perseteruan mereka dan pelayan kafe karena di kafe tersebut
tidak diperbolehkan untuk berpakaian agamis dan mengobrol obrolan agamis.
Setelah
kejadian tersebut Alif marah dan ingin menangkap pelaku peledakan tersebut yang
menewaskan Laras kekasihnya. Hal ini
sejalan dengan tekadnya karena ia tidak akan kompromi dengan kebenaran yang ia
pegang serta ia berkeinginan untuk menumpas segala bentuk kejahatan. Disisi
lain Lam ingin menggali kebenaran dari kejadian tersebut karena ia anggap tidak
sesederhana berita-berita yang telah menyebar dari mediamedia berdasarkan
keterangan polisi.
Aparat
beranggapan bahwa pelaku peledakan bom tersebut adalah santri-santri dari
pesantren Al-Ikhlas karena ditemukan bukti berupa parfum alatar yang hanya
diproduksi di pesantren tersebut. Aparat mengetahui parfum alatar berasal dari
pesantren Al-Ikhlas karena spam tulisan Lam yang di-upload ke internet oleh
seseorang tak dikenal padahal Lam sendiri belum mem-publish draft tulisannya
tersebut.
Berdasarkan
bukti-bukti tersebut, aparat mencoba untuk melakukan penyergapan ke pesantren
tersebut. Operasi penyergapan tersebut dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh
Letnan Bima, namun operasi penyergapan tersebut tidak berhasil karena dihadang
oleh Mim. Kemudian aparat melakukan operasi kedua dengan membawa surat
penangkapan untuk K.H. Muklis. Operasi tersebut dipimpin oleh Kapten Rama,
namun mendapat penghadangan dari Mim. Meskipun Mim ditembaki dengan peluru
karet, namun Mim kebal terhadap peluru karet.
Aparat pun
memerintahkan Alif untuk mengatasi hal tersebut. Alhasil terjadi pertarungan
antara Alif dan Mim. Pertarungan tersebut seimbang karena mereka berdua berasal
dari peguruan silat yang sama. Akhirnya pertarungan tersebut dihentikan oleh
K.H. Muklis, pimpinan Pesantren AlIkhlas yang sangat mereka hormati.
Sebelumnya
K.H. Muklis meminta Mim untuk menahan sementara operasi tersebut agar K.H.
Muklis bisa menyembuhkan Letnan Bima yang mengalami cidera parah setelah
bertarung dengan Mim. K.H. Muklis tidak ingin aparat yang lain melihat
penyembuhan tersebut karena aparat akan menganggap Letnan Bima sudah
terkompromi dan mungkin akan di interogasi dan disiksan oleh aparat.
K.H.
Muklis pun menyerahkan diri kepada aparat setelah aparat mau menunjukkan surat
penangkapan untuknya. Hal itu juga dilakukan agar tidak terjadi korban karena
pertarungan antara Alif dan Mim. Kemudian aparat mundur karena telah berhasil
menangkap K.H. Muklis yang dianggap sebagai pimpinan teroris di Pondok
Pesantren Al-Ikhlas.
Lam
menemui Alif untuk memberikan data Sunyoto yang Alif minta kepada Lam. Dalam
pertemuan tersebut Alif menyebutkan bahwa tulisan Lam tentang pengeboman Candi
Kafe yang membuat aparat mengepung dan menangkap K.H. Muklis. Tulisan tersebut
di-spam ke semua orang, namun Lam membantah hal tersebut karena menurutnya
tulisannya tersebut masih draft dan belum di-publish oleh Lam.
Lam
kemudian memberitahu Alif bahwa Laras masih hidup dan memberikan sebuah flashdisk
yang belum diketahui isinya karena data dalam flashdisk tersebut di-enkripsi.
Setelah pertemuan tersebut Lam pun kembali ke kantornya untuk mencari tahu hacker
yang menyebarkan tulisannya.
Saat Lam
mencari tahu (tracking) hacker yang menyebarkan tulisannya tersebut, ada spam
yang datang ke komputer Lam. Spam tersebut merupakan hasil dekripsi dari file
yang telah di-enkripsi dan ternyata file tersebut adalah rekaman video belakang
Candi Kafe saat terjadi pengeboman. Rekaman video tersebut memperlihatkan Laras
keluar dari Candi Kafe bersama beberapa orang yang berpakaian seperti aparat.
Lam pun
mencoba untuk men-tracking posisi dari orang yang telah menyebarkan spam
tersebut. Namun pada saat itu, datang beberapa orang tak dikenal dan menyerang
Lam secara tiba-tiba. Terjadilah pertarungan antara Lam dengan beberapa orang
tak dikenal tersebut akan tetapi Lam berhasil selamat dan mengalahkan
orang-orang tersebut.
Setelah
pertarungan tersebut, Lam mendapati bahwa spam tersebut berasal dari rumahnya
dan seketika Lam teringat pada anaknya. Anaknya mempunyai kemampuan yang lebih
dalam bidang IT termasuk bisa melakukan hacking. Lam pun bergegas untuk pulang
kerumahnya karena dikhawatirkan ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi
pada anak dan istrinya.
Saat Lam
datang di rumahnya, ia mendapati rumahnya sudah berantakan dan mendapati pula
anak dan istrinya yang tergeletak di lantai atas rumahnya. Istrinya meninggal
sedangkan anaknya berhasil selamat dengan luka tembakan di dadanya. Anak Lam
pun di bawa ke rumah sakit yang ada di Pondok Pesantren Al-Ikhlas.
Istrinya
Lam, Gendis dimakamkan di dekat Pondok Pesantren AlIkhlas. Lam berniat untuk
mencari orang yang menyerang anak dan istrinya. Alif memberitahukan bahwa ada
bukti berupa selongsong peluru yang merupakan selongsong peluru milik Kapten
Rama. Langkah Lam dan Alif sedikit ditahan oleh Mim. Mim berpendapat bahwa
Islam bukanlah agama makar dan tidak mengajarkan balas dendam. Namun Lam
mengatakan bahwa ia ikhlas atas kepergian istrinya tetapi itu bukanlah akhir
dari perjuangannya untuk melawan kebathilan. Ditengah perdebatan ini, Alif
mendapatkan pesan dari Kolonel Mason untuk melakukan pertemuan denganya. Lam
mempunyai ide untuk merekam pertemuan tersebut.
Mereka
kemudian mempersiapkan segala kebutuhan untuk merekam pertemuan itu dan Mim
pamit untuk mendampingi K.H. Muklis dalam press rilis. Dalam press rilis K.H.
Muklis, ternyata ada santri dari pondok yang datang dan mencoba untuk melakukan
bom bunuh diri di ruang press rilis tersebut. Santri tersebut didoktrin oleh seseorang
sehingga ia mau untuk melakukan bom bunuh diri tersebut.
Disisi
lain, pertemuan antara Alif dan Kolonel Mason beserta aparat yang lain
berlangsung di sebuah tempat di luar kantor polisi. Alif dijamu dengan minuman
teh dan diajak untuk minum teh bersama Kolonel Mason. Kemudian datang Laras,
pacar Alif yang Alif kira telah tewas pada saat kejadian pemboman Candi Kafe.
Di pertemuan ini, Kolonel Mason menjelaskan bahwa ia yang menugaskan Laras yang
ternyata adalah anaknya Kolonel Mason untuk melakukan pemboman di Candi Kafe.
Kolonel Mason melakukan hal tersebut karena menurutnya di Candi Kafe tersebut
ada beberapa anak koruptor yang mempunyai bisnis ilegal, para tikus politik
yang sedang merencanakan kudeta dan mahasiswa penganut ideologi komunis. Kolonel
Mason juga menjelaskan bahwa dirinya diperintah untuk mendesain semua kejadian.
Yang memerintah Kolonel Mason adalah Tamtam yang selama ini selalu ada di
samping Kolonel Mason layaknya seorang ajudan. Tamtam yang sejak dari awal
pertemuan berada di belakang Kolonel Mason pun menjelaskan semua rencana dan
apa yang telah mereka lakukan selama ini.
Di
pertemuan tersebut, Alif sudah merasakan sesak nafas akibat dari racun yang
terdapat dalam cangkir teh yang ia minum. Diam-diam Laras telah menyiapkan
penawar racun untuk Alif, namun recananya tersebut gagal karena diketahui oleh
Tamtam. Tamtam juga mengatakan bahwa Laras telah melakukan banyak kesalahan
baginya yaitu menolak untuk melakukan pengeboman di Candi Kafe, membocorkan
data rahasia melalui flashdisk yang ia berikan kepada Lam dan juga menyiapkan
penawar racun tersebut untuk Alif. Laras pun disuntikan racun ke tubuhnya dan
diberikan satu penawar racun yang Laras bawa, sehingga Laras dan Alif harus
memilih salah satu diantara mereka untuk tetap hidup. Tamtam dan
Kolonel
Mason pergi meninggalkan mereka berdua bersama anak buah Tamtam. Setelah Tamtam
dan Kolonel Mason pergi, terjadi pertarungan antara Laras dan Alif dengan anak
buah Tamtam. Laras dan Alif memenangkan pertarungan, tetapi diam-diam Laras
menyuntikan penawar racun ke tubuh Alif sehingga Laras yang meninggal akibat
racun yang Tamtan suntikan.
Lam
berada di pondok dan sedang memantau rekaman pertemuan Alif dengan Kolonel
Mason. Namun, Lam melihat seorang santri yang mengenakan jubah tapi menggunakan
sepatu lapangan aparat. Tentunya
Lam
mencurigai santri tersebut dan mengikutinya. Setelah Lam sampai di tempat
persembunyian santri tersebut, ia mendapati bahwa santri tersebut adalah Kapten
Rama. Kapten Rama dan seorang temannya lah yang mendoktrin salah satu santri
Pondok Pesantren Al-Ikhlas untuk melakukan bom bunuh diri di tempat press rilis
K.H. Muklis. Mereka berdua juga yang telah menyerang rumah Lam dan menewaskan
Gendis, istri Lam serta melukai Gilang, anaknya Lam. Terjadilah pertarungan
antara Lam dan dua orang tersebut dan Lam memenangkan pertarungan tersebut.
Setelah itu, Lam menemukan sebuah peta tempat press rilis K.H. Muklis
dilaksanakan dan Lam pun langsung pergi ke tempat tersebut.
Di tempat press rilis, pasca terjadi pengeboman terjadi pertarungan antara Mim dengan orang suruhan Kolonel Mason yang ditugaskan untuk membunuh semua saksi yang berada di lokasi tersebut. Orang suruhan Kolonel Mason tersebut ternyata adalah guru silat Mim di padepokan. Kemudian datang Lam untuk membantu Mim, sehingga mereka berdua bisa mengalahkan guru silat mereka sendiri.
Hasil rekaman pertemuan antara Alif, Kolonel Mason, Tamtam, Laras beserta anak buah Tamtam disebarkan oleh Gilang kesuluruh kota melalui internet. Dengan begitu masyarakat mengetahui bahwa semua kejadian janggal termasuk pengeboman Candi Kafe di dalangi oleh Kolonel Mason dan Tamtam. Kolonel Mason pun ditembak oleh orang suruhan Tamtam dan Tamtam pun kabur. Tamtam memberitahukan kepada bos yang menyuruhnya bahwa ‘operasi’ di Indonesia telah gagal. Saat menelpon bosnya tersebut, Tamtam dihadang oleh Alif dan dibunuh. Di akhir scene terjadi percakapan antara Alif dengan bos Tamtam melalui telepon. Bos Tamtam mengatakan bahwa ini hanyalah permulaan disebuah peperangan dan Alif mengatakan bahwa ia akan terus mengejar dan mencari bos tersebut di manapun ia berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar