Jumat, 10 Juni 2022

RESENSI FILM 3 (ALIF, LAM, MIM)

Film 3 : Alif, Lam, Mim menceritakan tentang persahabatan tiga tokoh utama yang sama-sama belajar silat di padepokan Pesantren Al-Ikhlas. tiga tokoh utama tersebut adalah Alif yang diperankan oleh Cornelio Sunny, Herlam yang diperankan oleh Abimana Aryasatya, dan Mimbo yang diperankan oleh Agus Kuncoro. 

Ketika Alif, Lam, Mim serta santri lainnya sedang berlatih bersama guru silat mereka, latihan mereka terhenti saat salah satu santri mengabarkan berita bahwa rumah Alif dibakar oleh orang-orang tak dikenal dan Alif pun bergegas untuk pulang kerumahnya. Dalam kejadian tersebut orang tua Alif meninggal dan Alif ditembak saat bertarung dengan komplotan orang-orang tak dikenal yang membakar rumahnya. Padepokan silat tersebut pun ditutup karena dicurigai oleh pemerintah sebagai sarang teroris dan guru silat mereka pergi meninggalkan murid-muridnya.

Setelah kejadian tersebut, tiga sahabat tersebut memutuskan untuk memilih jalannya masing-masing. Alif seorang idealis memilih untuk menjadi aparat negara karena ia ingin menumpas segala bentuk kejahatan yang ada di Indonesia. Lam yang juga idealis memilih untuk menjadi seorang jurnalis dan menyebarkan kebenaran melalui berita yang ia tulis. Mim seorang fundamentalis memilih untuk menetap di pondok dan mengabdi kepada agama di pesantren Al-Ikhlas yang dipimpin oleh K.H. Muklis.

Saat mereka dewasa, mereka dipertemukan pasca kejadian peledakan Candi Kafe di Jakarta yang melibatkan Laras kekasihnya Alif, dan santri dari pondok pesantren Al-Ikhlas. Pada saat peledakan Alif berada di kafe tersebut untuk menemui Laras. Alif menerima pesan dari Laras untuk menemuinya di Candi Kafe, akan tetapi ternyata pesan tersebut merupakan jebakan untuk Alif. Namun, Alif berhasil selamat dari kejadian tersebut karena ia berada diluar kafe pada saat peledakan. Pada saat itu ia sedang meminta maaf kepada ketiga santri dari pesantren Al-Ikhlas atas perseteruan mereka dan pelayan kafe karena di kafe tersebut tidak diperbolehkan untuk berpakaian agamis dan mengobrol obrolan agamis.

Setelah kejadian tersebut Alif marah dan ingin menangkap pelaku peledakan tersebut yang menewaskan Laras kekasihnya. Hal  ini sejalan dengan tekadnya karena ia tidak akan kompromi dengan kebenaran yang ia pegang serta ia berkeinginan untuk menumpas segala bentuk kejahatan. Disisi lain Lam ingin menggali kebenaran dari kejadian tersebut karena ia anggap tidak sesederhana berita-berita yang telah menyebar dari mediamedia berdasarkan keterangan polisi.

Aparat beranggapan bahwa pelaku peledakan bom tersebut adalah santri-santri dari pesantren Al-Ikhlas karena ditemukan bukti berupa parfum alatar yang hanya diproduksi di pesantren tersebut. Aparat mengetahui parfum alatar berasal dari pesantren Al-Ikhlas karena spam tulisan Lam yang di-upload ke internet oleh seseorang tak dikenal padahal Lam sendiri belum mem-publish draft tulisannya tersebut.

Berdasarkan bukti-bukti tersebut, aparat mencoba untuk melakukan penyergapan ke pesantren tersebut. Operasi penyergapan tersebut dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Letnan Bima, namun operasi penyergapan tersebut tidak berhasil karena dihadang oleh Mim. Kemudian aparat melakukan operasi kedua dengan membawa surat penangkapan untuk K.H. Muklis. Operasi tersebut dipimpin oleh Kapten Rama, namun mendapat penghadangan dari Mim. Meskipun Mim ditembaki dengan peluru karet, namun Mim kebal terhadap peluru karet.

Aparat pun memerintahkan Alif untuk mengatasi hal tersebut. Alhasil terjadi pertarungan antara Alif dan Mim. Pertarungan tersebut seimbang karena mereka berdua berasal dari peguruan silat yang sama. Akhirnya pertarungan tersebut dihentikan oleh K.H. Muklis, pimpinan Pesantren AlIkhlas yang sangat mereka hormati.

Sebelumnya K.H. Muklis meminta Mim untuk menahan sementara operasi tersebut agar K.H. Muklis bisa menyembuhkan Letnan Bima yang mengalami cidera parah setelah bertarung dengan Mim. K.H. Muklis tidak ingin aparat yang lain melihat penyembuhan tersebut karena aparat akan menganggap Letnan Bima sudah terkompromi dan mungkin akan di interogasi dan disiksan oleh aparat.

K.H. Muklis pun menyerahkan diri kepada aparat setelah aparat mau menunjukkan surat penangkapan untuknya. Hal itu juga dilakukan agar tidak terjadi korban karena pertarungan antara Alif dan Mim. Kemudian aparat mundur karena telah berhasil menangkap K.H. Muklis yang dianggap sebagai pimpinan teroris di Pondok Pesantren Al-Ikhlas.

Lam menemui Alif untuk memberikan data Sunyoto yang Alif minta kepada Lam. Dalam pertemuan tersebut Alif menyebutkan bahwa tulisan Lam tentang pengeboman Candi Kafe yang membuat aparat mengepung dan menangkap K.H. Muklis. Tulisan tersebut di-spam ke semua orang, namun Lam membantah hal tersebut karena menurutnya tulisannya tersebut masih draft dan belum di-publish oleh Lam.

Lam kemudian memberitahu Alif bahwa Laras masih hidup dan memberikan sebuah flashdisk yang belum diketahui isinya karena data dalam flashdisk tersebut di-enkripsi. Setelah pertemuan tersebut Lam pun kembali ke kantornya untuk mencari tahu hacker yang menyebarkan tulisannya.

Saat Lam mencari tahu (tracking) hacker yang menyebarkan tulisannya tersebut, ada spam yang datang ke komputer Lam. Spam tersebut merupakan hasil dekripsi dari file yang telah di-enkripsi dan ternyata file tersebut adalah rekaman video belakang Candi Kafe saat terjadi pengeboman. Rekaman video tersebut memperlihatkan Laras keluar dari Candi Kafe bersama beberapa orang yang berpakaian seperti aparat.

Lam pun mencoba untuk men-tracking posisi dari orang yang telah menyebarkan spam tersebut. Namun pada saat itu, datang beberapa orang tak dikenal dan menyerang Lam secara tiba-tiba. Terjadilah pertarungan antara Lam dengan beberapa orang tak dikenal tersebut akan tetapi Lam berhasil selamat dan mengalahkan orang-orang tersebut.

Setelah pertarungan tersebut, Lam mendapati bahwa spam tersebut berasal dari rumahnya dan seketika Lam teringat pada anaknya. Anaknya mempunyai kemampuan yang lebih dalam bidang IT termasuk bisa melakukan hacking. Lam pun bergegas untuk pulang kerumahnya karena dikhawatirkan ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi pada anak dan istrinya.

Saat Lam datang di rumahnya, ia mendapati rumahnya sudah berantakan dan mendapati pula anak dan istrinya yang tergeletak di lantai atas rumahnya. Istrinya meninggal sedangkan anaknya berhasil selamat dengan luka tembakan di dadanya. Anak Lam pun di bawa ke rumah sakit yang ada di Pondok Pesantren Al-Ikhlas.

Istrinya Lam, Gendis dimakamkan di dekat Pondok Pesantren AlIkhlas. Lam berniat untuk mencari orang yang menyerang anak dan istrinya. Alif memberitahukan bahwa ada bukti berupa selongsong peluru yang merupakan selongsong peluru milik Kapten Rama. Langkah Lam dan Alif sedikit ditahan oleh Mim. Mim berpendapat bahwa Islam bukanlah agama makar dan tidak mengajarkan balas dendam. Namun Lam mengatakan bahwa ia ikhlas atas kepergian istrinya tetapi itu bukanlah akhir dari perjuangannya untuk melawan kebathilan. Ditengah perdebatan ini, Alif mendapatkan pesan dari Kolonel Mason untuk melakukan pertemuan denganya. Lam mempunyai ide untuk merekam pertemuan tersebut.

Mereka kemudian mempersiapkan segala kebutuhan untuk merekam pertemuan itu dan Mim pamit untuk mendampingi K.H. Muklis dalam press rilis. Dalam press rilis K.H. Muklis, ternyata ada santri dari pondok yang datang dan mencoba untuk melakukan bom bunuh diri di ruang press rilis tersebut. Santri tersebut didoktrin oleh seseorang sehingga ia mau untuk melakukan bom bunuh diri tersebut.

Disisi lain, pertemuan antara Alif dan Kolonel Mason beserta aparat yang lain berlangsung di sebuah tempat di luar kantor polisi. Alif dijamu dengan minuman teh dan diajak untuk minum teh bersama Kolonel Mason. Kemudian datang Laras, pacar Alif yang Alif kira telah tewas pada saat kejadian pemboman Candi Kafe. Di pertemuan ini, Kolonel Mason menjelaskan bahwa ia yang menugaskan Laras yang ternyata adalah anaknya Kolonel Mason untuk melakukan pemboman di Candi Kafe. Kolonel Mason melakukan hal tersebut karena menurutnya di Candi Kafe tersebut ada beberapa anak koruptor yang mempunyai bisnis ilegal, para tikus politik yang sedang merencanakan kudeta dan mahasiswa penganut ideologi komunis. Kolonel Mason juga menjelaskan bahwa dirinya diperintah untuk mendesain semua kejadian. Yang memerintah Kolonel Mason adalah Tamtam yang selama ini selalu ada di samping Kolonel Mason layaknya seorang ajudan. Tamtam yang sejak dari awal pertemuan berada di belakang Kolonel Mason pun menjelaskan semua rencana dan apa yang telah mereka lakukan selama ini.

Di pertemuan tersebut, Alif sudah merasakan sesak nafas akibat dari racun yang terdapat dalam cangkir teh yang ia minum. Diam-diam Laras telah menyiapkan penawar racun untuk Alif, namun recananya tersebut gagal karena diketahui oleh Tamtam. Tamtam juga mengatakan bahwa Laras telah melakukan banyak kesalahan baginya yaitu menolak untuk melakukan pengeboman di Candi Kafe, membocorkan data rahasia melalui flashdisk yang ia berikan kepada Lam dan juga menyiapkan penawar racun tersebut untuk Alif. Laras pun disuntikan racun ke tubuhnya dan diberikan satu penawar racun yang Laras bawa, sehingga Laras dan Alif harus memilih salah satu diantara mereka untuk tetap hidup. Tamtam dan

Kolonel Mason pergi meninggalkan mereka berdua bersama anak buah Tamtam. Setelah Tamtam dan Kolonel Mason pergi, terjadi pertarungan antara Laras dan Alif dengan anak buah Tamtam. Laras dan Alif memenangkan pertarungan, tetapi diam-diam Laras menyuntikan penawar racun ke tubuh Alif sehingga Laras yang meninggal akibat racun yang Tamtan suntikan.

Lam berada di pondok dan sedang memantau rekaman pertemuan Alif dengan Kolonel Mason. Namun, Lam melihat seorang santri yang mengenakan jubah tapi menggunakan sepatu lapangan aparat. Tentunya

Lam mencurigai santri tersebut dan mengikutinya. Setelah Lam sampai di tempat persembunyian santri tersebut, ia mendapati bahwa santri tersebut adalah Kapten Rama. Kapten Rama dan seorang temannya lah yang mendoktrin salah satu santri Pondok Pesantren Al-Ikhlas untuk melakukan bom bunuh diri di tempat press rilis K.H. Muklis. Mereka berdua juga yang telah menyerang rumah Lam dan menewaskan Gendis, istri Lam serta melukai Gilang, anaknya Lam. Terjadilah pertarungan antara Lam dan dua orang tersebut dan Lam memenangkan pertarungan tersebut. Setelah itu, Lam menemukan sebuah peta tempat press rilis K.H. Muklis dilaksanakan dan Lam pun langsung pergi ke tempat tersebut.

Di tempat press rilis, pasca terjadi pengeboman terjadi pertarungan antara Mim dengan orang suruhan Kolonel Mason yang ditugaskan untuk membunuh semua saksi yang berada di lokasi tersebut. Orang suruhan Kolonel Mason tersebut ternyata adalah guru silat Mim di padepokan. Kemudian datang Lam untuk membantu Mim, sehingga mereka berdua bisa mengalahkan guru silat mereka sendiri.

Hasil rekaman pertemuan antara Alif, Kolonel Mason, Tamtam, Laras beserta anak buah Tamtam disebarkan oleh Gilang kesuluruh kota melalui internet. Dengan begitu masyarakat mengetahui bahwa semua kejadian janggal termasuk pengeboman Candi Kafe di dalangi oleh Kolonel Mason dan Tamtam. Kolonel Mason pun ditembak oleh orang suruhan Tamtam dan Tamtam pun kabur. Tamtam memberitahukan kepada bos yang menyuruhnya bahwa ‘operasi’ di Indonesia telah gagal. Saat menelpon bosnya tersebut, Tamtam dihadang oleh Alif dan dibunuh. Di akhir scene terjadi percakapan antara Alif dengan bos Tamtam melalui telepon. Bos Tamtam mengatakan bahwa ini hanyalah permulaan disebuah peperangan dan Alif mengatakan bahwa ia akan terus mengejar dan mencari bos tersebut di manapun ia berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template Makalah (Non Penelitian)

JUDUL  (Judul Artikel Ditulis dengan Font Times New Roman 14, Maksimum 14 Kata untuk Bahasa Indonesia dan 12 Kata untuk Bahasa Inggris,)    ...