Jung pada mulanya
seorang pengikut setia Freud, namun kemudian mempunyai beberapa pandangan
penting yang berbedah.
- Menolak pandangan Freud mengenai
pentingnya seksualitas. Menurutnya kebutuhan seks setara dengan kebutuhan
manusia lainnya, seperti makan, kebutuhan spiritual dan pengalaman religius.
- Jung menantang pandangan mekanistik
terhadap dunia dari Freud; bagi Jung tingkah laku manusia dipicu buikan hanya
oleh masa lalu tetapi juga oleh pandangan bersifar masa lalu dan antisipasi
masa depan dapat mempengaruhi/membentuk tingkah laku Freud meandang
kehidupansebagai usaha menusnakan atau menekan kebutuhan insting yang terus
menerus timbul, sedangkan Jung memandang kehidupan sebagai perkembangan yang
kreatif.
- Jung menemukan teori kepribadian yang
bersifat racial.
Kepribadian
atau psyche adalah mencakup keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkah laku,
kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan social dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan,
kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan. Ketika
mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan
harmoni antar semua elemen kepribadian.
Kepribadian
disusun oleh sejumlah system yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran; ego
beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar
pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif.
Kesadaran
dan Ego
Kesadaran
muncul pada awal kehidupan bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Seara berangsur.
Kedaran bayi yang umum-kasar, menjadi semakin spesifik ketika bayi iyu mengenal
manusia dan obyek disekitarnya. Menurut Jung hasil pertama dari proses
diferensiasi kesadaran itu adalah Ego. Sebagai organisasi kesadaran, Ego
berperan penting dalam menentukan persepsi, pikiran, perasaan dan ingan yang
bias masuk dalam kesadaran. Tanpa seleksi Ego, jiwa manusia bias menjadi kacau
karena terbanjiri oleh pengalaman yang semuanya bebas masuk dalam kesadaran.
Dengan menyaring pengalaman, Ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian
dan memberi orang perasaan continuitas dan identitas.
Pengalam
yang tak disetuji oleh Ego untuk muncul ke sadar tidak hilang tetapi disimpan
dalam personal unconscious ( taksadar kepribadian berisi pengalaman mirip
dengan prasadar dari Freud), sehingga taksadar pribadi berisi pengalaman yang
ditekan, dilupakan, dan yang gagal menimbulkan kesan sadar. Bagian terbesar
dari isi tak sadar pribadi mudah dihancurkan oleh kesadaran yakni ingatan siap
yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke kesadara.
Di dalam taksadar
pribadi, sekelompok idea (perasaan-perasaan, pikiran-pikiran,
persepsi-persepsi, ingatan-ingatan) mungkin mengorganisir diri menjadi satu
disebut complex. Jung menemukan compeks ini melalui risetnya dalam osiasi kata.
Sering terjadi orang kesulutan membuat asosiasi kata tertentu yang menurut Jung
kesulitan. Itu terjadi karena kata itu dalam ketidaksadaran pribadi berhubungan
dengan organisasi pikiran-perasaan-ingatan yang bemuatan emosi yang kuat.
Istilah kompleks
telah menjadi bahasa sehari-hari. Orang yang dikatakan mempunyai kompleks kalau
orang itu jenuh dengan sesuatu yang mempengaruhi hamper semua tingkah lakunya
sampai-sampai dikatakan oleh Jung, bukan orang orang itu yang meniliki kompleks
tetapi komplekslah yang memiliki orang itu. Kompleks mempunya inti, yaitu inti
kompleks yang bertindak sebagai magnet menarik atau mengkonsentrasikan berbagai
pengalaman kearahnya, sehingga inti itu dipakai untuk menamai kompleks itu.inti
dan unsur yang tekait dengannya bersifar taksadar tetapi kaitan-kaitan tersebut
dapat dan sering menjadi sadar
Misalnya, remaja
putri yang memiliki komplek inferior, dia teropsesi dengan penilaian bahwa
dirinya kurang berkemampuan, kurang berbakkat, kurang menarik dibandirigkan
dengan orang lain. Dia yakin (sadar) bahwa inferioritasnya akibat dari prestasi
buruknya disekola hanya mempunyai sedikit teman dan tidak mampu mengemukakan
kemauan dan keinginan. Orang yang mengidap kompleks ibunya; pikiran, perasaan,
dan perbuatannya dituntut oleh konsepsi tentang ibu, perasaan ibu, nasehat ibu,
kebahagiaan ibu.
Disebut
juga trans personal unconscocious, konsep asli Ju yang paling kontrofersial;
suatu system psikis yang paling kuat dan paling berpengaruh, dan pada
kasus-kasus atau logic mengungguli Egi dan Ketidaksadaran pribadi. Menurut Jung
evolusi makhluk ( manusia) memberi cetak biru, bukan hanya mengenai fisik/tubuh
tetapiu juga mengenai kepribadian. Taksadar kolektif adalah gudang ingatan
laten yang diwariskan oleh leluhur baik leluhurdalam wujud manusia maupun
leluhur pra manusia/binatang (ingatan teori evolusi Darwin). Ingatan yang
diwariskan adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas
generasi. Namun yang diwariskan itu bukanlah memori atau pikiran yang spesifik,
tetapi lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi
untuk memikirkan sesuatu.
Adanya
predisposisi membuat orang menjadi pekah, dan mudahmembentuk kecenderungan
tertenru, walaupun tetap membutuhkan pengalaman dan belajar. Manusia lahir
dengan potensi kemampuan mengamati tiga dimensi namun kemampuan itu baru
diperoleh sesudah manusia belajar melalui pengalamannya. Proses yang sama
terjadi pada kecenderungan rasa takut ular dan kegelapan, menyanyi anak, serta
keyakinan akan adanya Tuhan. Taksadar kolektif merupakan fondasi rasa yang
diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian.
Taksadar
kolektif berisi image dan bentuk pikiran yang banyaknya tak terbatas, tetapi
Jung memusatkan diri pada image dan bentuk pikiran yang muatan emosinya besar,
yang diriamakannya archetype (diriamakan juga domina, primordial image, imago,
mitologic image, atau pola tingkah laku). Seperti semua gambaaran primordial
lainnya, arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang
munculnya jenis persepsi dan aksi tertentu. Mereka memiliki kekuatan yang
sangat besar, kekuatan pengalaman manusia yang berusia ribuhan tahun.
Tak sadar kolektif
berisi image. dan bentuk fikiran yang banyaknya tak terbatas, tetapi Jung
memusatkan diri pada image dan bentuk fikiran yang muatan emosinya besar, yang diriamakannya
archeiype (diriarnakan juga dominan, primordial image, imago,. mitologic image,
atau pola tingkahlaku). Seperti semua gambaran primordial lainnya, arsetip
adalah bentuk tanpa isi, mewakili atau melambangkan peluang munculnya jenhs
persepsi dan aksi tertentu. Mereka memiliki kekuatan yang sangat besar,
kekuatan pengalaman manusia yang berusia ribuan tahun.
Arsetip yang
muncul pada pengalaman awal manusia membentuk pusat kompleks yang mampu
menyerap pengalaman lain kepadanya. Arsetip “kekuatan” misalnya; sepanjang
sejarah manusia telah dihadapkan dengan kekuatan alam yang dahsyat, arus
sungai, air terjun, banjir, badai,, petir, kebakaran hutan, gempa bumi, dan
lain-lain. Nenek moyang kita pada generasi yang manapun mengagumi kekuatan dan
berkeinginan kuat untuk menciptakan dan mengontrol kekuatan. Sikap terhadap
kekuatan untas generasi itu akhirnya menjadi unsur ang ikut diturunkan dalam
proses kelahiran,dalam bentuk arsetip kekuatan. Bayi yang baru .lahir telah
memiliki predisposisi untuk mengagumi kekuatan dan hasrat untuk menciptakan dan
mengontrolnya. Arsetip ibu menghasilkan gambaran tentang ibu dalam taksadar
kolektif yang kermudian di identifikasikan dengan ibu yang senyatanya. Dengan
kata lain bayi ke mewarisi konsepsi mengenal ibu yang bersifat umum (yang sudah
terbentuk ratusan generasi sebelumnya), yang akan ikut menentukan bagaimana
bayi mempersepsi ibunya. Jadi persepsi bayi kepada ibunya ditentukan oleh
arsetip.
Topeng, wajah yang
dipakai menhadapi publik. Itu mencerminkan persepsi rnasyarakat mengenai peran
yang harus dimainkan seseorang dalam hidupnya. itu juga mencerminkan harapan
bagairnana seharusnya diri diamati orang lain. Persona adalah kepribadian
publik, aspek-aspek pnibadi yang diturtjukkan kepada dunia, atau pendapat
publik mengenai diri individu - sebagai lawan dan kepribadian privat yang
berada dibalik wajah sosial.
Persona dibutuhkan
unituk survival, membantu diri mengontrol perasaan, fikiran dan tingkahlaku.
Tujuannya adalah menciptakan kesan tertentu kepada orang lain dan sering juga
rnenyembunyikan hakekat pnibadi yang sebenarnya. Namun manakala orang
mengidentifikasi diri seutuhnya dencjan personanya, itu akan membuat dirinya
asirig dengan dirinya sendiri dan denqan perasaan perasaannya sendiri. la
menjadi manusia palsu, sekedar pantulan masyarakat, bukan manusia yang otonom.
(Dalam beberapa hal persona mirip dengan konsep supereqo dan Freud),
Manùsia pada
dasarnya biseks. Peqitu pula dalam keprihadian, ada arsetip feminin dalam
kepribadian pria, dLebut anima, dan arsetip maskulin dalam kepribadian wanita
disebut animus. Arsetip itu merupakan produk pengalaman ‘ ras manusia. Seudah
rnengaami hidup bersama berabadabad, pria menjadi memiliki sifat feminin dan
sehaknya wanita menjadi memilik sifat maskulin. Sifat-sifat itulah yang
diturunkdn dalam bentuk arsetip, anima dan animus.
Anima dan animus
menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan ciri lawan jenisnya, sekalígus
berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi rnasingmasing enis untuk
tertarik dan mernahami lawan ienisnya. Pria mema am wanita berdasankan
amrnanya, an waru a memahami odrat pria berdasarkan animusnya. Narnun identifikasi
gambaran ideal anima dan animus tanpa menghiraukan perbedaannya dengan
kenyataan, bisa rnenimbulkan kekecewaan karena keduanya tidak identik. Harus
ada kompromi antara tuntutan taksadar kolektlf dengan realitas dunia, agar
terjadi penyesuaian yang sehat.
Bayangan adalah
arsetip yang mencerminkan insting kebinatangan yang diwarisi manusia dan
evolusi rnakhluk tingkat rendahnya. Menurut Darwin manusia adalah evolusi dan
binatang, dan sifat-sifat kebinatangan tetap ada dalam diri manusia, daam ujud
arsetip shadow atau bayangan. ladi bayangan ad&ah sisi binatang dafarn
kepribadian manusia, arsetip yang sangat kuat dan berpotensi menimbulkan
bahaya. Narnun karena bermuatan emosi yang kuat, spontanitas, dan dorongan
kreatif, bayangan juga merijadi sumber penggerak kehidupan (ingat konsep id dan
Freud).
Bayangan bila
diprojeksikan keluar apa adanya akan menjadi ibus atau musuh. Bayangan juga
rnengakibatkan ke dalam kesadaran muncul fikiran perasaan-tindakan yang tidak
menyenangkan dan diceia masyarakat. Karena itu bayangan disembunyikan di bailk
persona, atau ditahan di taksadar pribadi. Itulah sebabnya arsetip itu
mempengaruhi taksadar pribadi dan pada gilirannya juga akan mempengaruhi ego.
Apabia bayangan
dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur ke dalam tingkahlaku yang
berguna, dan dampaknya orang menjalani hidup dengan penuh semangat. Tetapi jika
bayangan tidak tersalur dengan baik, kekuatan bayangani menjadi agresi,
kekejian yang merusak diri sendiri dan orang lain Bayangan adalah insting dasar
yang menuntun reaita berdasar a g n un u men slam kan diri (survival) Insting semacam
itu sangat penting dalam situasi yang menuntut keputusan dan reaksi segera, karena
bayngan dapat membuat tingkah laku dalam situasi bahaya tetap efektif.
Sebaliknya apabila bayangan tidak dapat dimanfaatkan, atau dírepress, fikiran
sadar dari ego tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat, orang akan
kebingungan ketika menghadapi situasi bahaya sehingga tidak dapat bertindak.
Konsep keutuhan
dan kesatuan kepribadian dipandang sangat penting oleh Jung. Self adalah
arsetip yang memotivasi penjuangan orang menuju keutuhan. Arsetip self
menyatakan diri dalam berbagai simbol, seperti lingkaran magis atau mandala
(simbol meditrasi Agama Budha, mandala dalam bahasa sansekerta artinya
lingkaran), di mana self menjadi pusat lingkaran itu. Bentuk mandala itu di
dalamnya sering terdapat segiempat. Lingkaran menjadi symbol dan
kesatuan-keutuhan, dan segi empat mempunyai banyak makna, bisa arah mata angin,
bisa empat elemen dunia: api-air-tanah-angin.
Self menjadi pusat
kepribadian, dikelilingi oleh semua sistem lainnya. Self mengarahkan proses
individuasi, melalui self aspek kreativitas dalam ketidaksadaran diubah menjadi
disadari dan disalurkan ke aktivitas produktif. Kalau digambarkan kesadaran
dengan ego berada dipusatnya, dapat dibayangkan proses asimilasi isi-isi
taksadar ke dalam sadar membutuhkan pusat yang mengatur keduanya. Titik
tengah-tengah antara sadar dan taksadar itu menjadi tempat self, yang
menyeimbangkan antana sadar dan taksadar, yang menjamin kepribadian memiliki
fonidasi baru yang lebih kokoh.
Sebelum self
muncul, berbagai komponen kepribadian harus lebih dahulu berkembang sepenuhnya
dan terindividuasikan. Karena alasan ini, arsetip tidak akan tampak sebelum
orang mencapai usia setengah baya. Pada usia itu orang mulai berusaha dengan
sungguh-sungguh dan disiplin mengubah pusat kepribadiannya dan ego sadar ke ego
yang berada diantara kesadanan dan ketidaksadaran (daérah tempat self). Konsep
tentang self mungkin merupakan penemuan psikologik Jung yang terpenting dan
merupakan puricak penelitian yang intensif mengenai arsetip.
Simbolisasi (Symbolozation)
Simbol adalah
tanda yang tampak yang mewakili hal lain (yang tidak tampak). Arsetip yang
terbenam di dalam taksadar kolektif hanya dapat mengekspresikan diri melalui
simbol-simbol. Hanya dengan menginterpretasi simbol-simbol ini, yang muncul
dalam mimpi, fantasi, penampakan (vision), mythe, seni, dll, dapat diperoleh
pengetahuan mengenai taksadar kolektif dan ansetipnya.
Symbol beroperasi
dalam dua cara. Pertama, dalam bentuk retrospektif, dibimbing oleh insting
simbol mungkin secara sederhana menunjukkan impuls yang karena alasan tertentu
tidak terpuaskan. Misalnya, dansa mungkin simbolik dan perilaku seks.
Retrospektif semacam ini mirip dengan konsep sublimasi dan Anna Freud.
Kedua, dalam
bentuk prospektif, dibimbing oleh tujuan akhir kemanusiaan. simbol
mengekspnesikan kumpulan kebijaksanaan yang telah dicapai, yang dapat
ditenapkan pada masa yang akan datang. Misalnya, belajar/sekolah mungkin simbol
dan harapan dan cita-cita. Simbol prospektif menggambarkan tingkat perkembangan
yang mendahului keberadaan manusia saat itu. Kebenaran, kesucian, kedermawanan
(mirip dengan ego ideal Freud) adalah simbol dan perbuatan yang mengarah ke
keyakinan ke Tuhan-an, sebagai puncak evolusi jiwa manusia.
Sikap dan Fungsi (Attitude dan Function)
Kecuali ego, semua
aspek kepribadian yang telah dibahas berfungsi pada tingkat taksadar. Ada dua
aspek kepribadian yang beroperasi di tingkat sadar dan taksadar, yakni attitude
(introversion-ekstraversion) dan function (thinking, feeling, sensing dan
intuiting).
Sikap intnoversi
mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan dirii pada dunia dalam
dan privat di mana realita hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri,
pendiam/tidak ramah, bahkan antisosial. Umumnya orang introvertif itu senang
introspektif dan sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri Tentu saja
mereka juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif,
dan memakai pandangan subjektif mereka sendiri.
Fikiran (Thinking) - Perasaan (Feeling) Pengindraan (Sensing) – Intuisi (bituiting).
Fikiran adalah
fungsi intelektual, mencari saling hubungan antar ide untuk memahami alam dunia
dan memecahkan masalah. Perasaan adalah fungsi evaluasi, menerima atau menolak
ide dan obyek berdasarkan apakah mereka itu membangkitkan perasaan positif atau
negatif, memberi pengalaman subyektif manusia seperti kenikmatan, rasa sakit,
marah, takut, sedih, gembira dan cinta.
Tipologi Jung (gabungan Sikap-Fungsi)
Jung memakai
kombinasi sikap dan fungsi ini untuk mendiskripsi tipe tipe kepribadian
manusia. Jadi, Jung yang pada dasarnya mengembangkan teori dalam paradigma
psikoanialisis, pada elaborasi konsep sikap dan fungsi memakai paradigma tipe.
Dan kombinasi sikap (ekstravers dan intovers) dengan fungsi (fikiran, perasaan,
pengindaraan, intuisi) akan diperoleh delapan macam tipe manusia, yakni tipe
ekstraversi-fikiran, ekstraversi-perasaan, ekstraversi pengindraan,
ekstraversi-intuisi, intoversi-fikiran, intnoversi-perasaan, introversi
pengindraan, dan introversi-intuisi Setiap orang memiliki dua tipe kepribadian,
satu beroperasi dikesadaran dan lainnya di ketidaksadaran. Tipologi Jung yang
disajikan adalah sebagai berikut:
1.
Introversi-fikiran: orang yang emosinya
datar, mengambil jarak dengan orang lain, cenderung menyenangi ide-ide abstrak
alih-alih menyeriangi orang dan benda kongkrit lainnya. Mereka mengembara
dengani fikirannya sendiri, tidak peduli apakah ide-idenya bisa ditenima orang
lain. Terkesan keras kepala, kurang perhatian, arogan, dan dirigin/tidak ramah.
Kata kuncinya adalah sifat mengambil jarak — intelektual — tidak praktis, tipe kepribadian
dari filsuf, teoritisi.
2.
Ekstraversi-fikiran: orang yang cenderung
tampil seperti tidak kenal orang (impersonal, dirigin atau angkuh, menekan
fungsi perasaannya, Orang yang berprinsip kenyataan obyektif, bukan hanya untuk
dirìnya tetapi juga mengharap orang lain seperti dirinya. Tidak semua fikiran
obyektif bersifat produktif. Kalau sama sekali tidak ada interpretasi individu,
yang muncul adalah paparan fakta, tanpa orisinalitas atau kreativitas. Kata
kuncinya adalah sifat obyektif —kaku- dirigin, tipe peneliti, ahli mesin,
akuntan.
3.
Introversi-perasaan: orang yang mengalami
perasaan esional yang kuat tetapi menyembunyikan perasaan itu. Orang yang menilai
segala hal dengan memakai persepsi-subyektif alih-alih fakta-obyektif,
mengabaikan pandangan dan keyakinan tradisional, pendiam, sederhana, tidak
dapat diduga. Terkesan memiliki rasa percaya diri dan kehidupan jiwa yang harmonis,
tetapi perasannya tiba-tiba bisa hancur oleh badai emosi.
4.
Ekstraversi-Perasaan: orang yang
perasaannya mudah berubah begitu situasinya berubah. Emosional dan penuh
perasaan, tetapi juga senang bergaul dan pamer. Mudah bergaul akrab dalam waktu
yang pendek, mudah menyesuaikan diri. Kata kuncinya adalab sifat bersemangat, periang,
sosiabel, tipe kepribadian dan aktor, penaksir harga reai estate, politisi,
pengacara.
5.
Introversi-pengindraan cenderung terbenam
dalam sensasi-sensasi jiwanya sendiri, dan memandang dunia sebagai sesuatu yang
tidak menanik, Orang yang tampil kalem, bisa mengontrol diri, tetapi juga
membosankan. Dia bukan tidak dipengaruhi fakta/kenyataan, tetapi fakta/kenyataan
itu diterima dan dimaknai secara subjektif, yang bisa-bisa tidak ada
hubungannya dengan fakta aslinya. lntroversi-pengindraan yang ekstrim ditandai
oleh halusinasi, bicara yang tidak bisa difahami, atau esoteris (hanya bisa
difahami orang tertentu saja). Kata kuncinya adalah sifat pasif — kalem —
artistik, tipe kepribadian dan pelukis impresionis, pemusik klasik.
6.
Ekstraversi-pengindraan: orang yang
realistik, praktis, dan keras kepala. Menerima fakta apa adanya tanpa fikiran
mendalam. Terkadang mereka juga sensitif, menikmati cinta dan kegairahan.
Sensasi indranya tidak dipengaruhi oleh sikap subyektif, mampu membedahkan
fakta secara rinci. Kata kuncinya adalah sifat realistis — merangsang —
menyenangkan. Tipe kepribadian dan pekerjaan kuliner, pencicip anggur, ahli
cat, pemusik pop, tetapi juga bisa bisnisman.
7.
Introversi-intuisi: terisolir dalam dunia
gambarani primordial yang mereka sendiri kadang tidak tahu maknanya. Mereka
mungkin juga tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
Cenderung tidak praktis, memahami fakta secara subyektif. Namun persepsi
intuitif sering sangat kuat dan mampu mendorong orang lain mengambil keputusan
yang istimewa. Kata kuncinya adalah sifat mistik — pemimpi - unik, tipe
kepribadian dan dukun supranatural/peramal nasib, pemeluk agama yang fanatik.
8.
Ekstraversi – intuisi: orientasinya
faktual, tetapi pemahamannya sangat dipengaruhi oleh intuisi, yang mungkin
sekali bertentangan dengan fakta itu. Data sensoris justru menjadi sarana untuk
menciptakan data baru secara intuitif, untuk memecahkan suatu masalah. Selalu
mencari dunia baru untuk ditaklukkan. Mereka sangat hebat dalam mendirikan dan
mengembangkan usaha baru, tetapi minatnya terus menerus bergerak berubah. Kata
kuncinya adalah sifat efektif — berubah — kreatif, tipe kepribadian dan penanam
modal, wiraswastawan, penemu (inventor).
Usia Anak (Childhood)
Jung membagi usia
anak menjadi tiga tahap, yakni tahap anarkis (anarchic), tahap monarkis (monarchic),
dan tahap dualistik (dualistic).
Tahapan-tahapan itu tidak memakai batasan usia secara kaku, karena ketiganya
berada dalam kontinum dan perubahannya terjadi secara perlahan/berangsur-angsur.
1.
Tahap anarkis (0 - 6 tahun): ditandai
dengan kesadaran yang kacau dan sporadis (kadang ada kadang tidak). Mungkin
muncul “pulau-pulau kesadaran” tetapi antar pulau satu dengan yang lain tidak
saling berhubungan. Pengalaman pada fase anarkis ini sering muncul kedalam
kesadaran sebagai gambaran primitif, yçk dapat dijeiaskan secara akurat.
2.
Tahap Monarkis (6 - 8 tahun) pada
anak-anak ditandai dengan perkembangan ego, dan mulainya fikiran verbal dan
logika. Pada tahap ini anak memandang dirinya secara obyektif, sehingga sering
secara tidak sadar mereka menganggap dirinya sebagai orang ketiga. Pulau-pulau
kesadaran semakin luas, semakin banyak (sehingga ada saling hubungan menjadi
satu), dihuni oleh ego-primitif.
3.
Tahap Dualistik (8 - 12 tahun) ditandai
dengan pembagian ego menjadi dua, obyektif dan subjektif. Anak kini memandang
dirinya sebagai orang pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang
terpisah. Pada tahap dualistik ini kesadaran terus berkembang, pulau-pulau
kesadaran menyatu, dihuni oleh ego-kompleks yang menyadari diri sendiri baik
sebagai obyek maupun sebagai subjeLk.
Jung mengamati
bahwa anak-anak sering mengalami kesulitan emosional. Menurutnya, hampir pasti
kesulitan itu merefleksikan pengaruh buruk di rumah.” Sampai anak masuk
sekolah, mereka masih belum rnemiliki kesadaran identitas diri. Menurut Jung,
anak hidup dalam atmosfer jiwa yang tertutup yang diberikan orang tuanya, dan
kehidupan psikisnya diatur oleh insting. Kecuali ritme tidur, makan, defakasi,
dan tingkahlaku biologis dasar lain yang diatur oleh insting, tingkah laku lain
bersifat anarkis dan kacau kalau tidak program oleh orang tuanya.
Usia Pemuda
Tahap pemuda
berlangsung mulai dan pubertas sampai usia pertengahan. Pemuda benjuang untuk
mandiri secara fisik dan psikis dan orang tuanya; menemukan pasangan, membina
numah tangga, dan rnempunyai tempat tinggal. Tahap ini ditandai oleh
meningkatnya kegiatan, kematangan seksual, tumbuh-kembangnya kesadaran, dan
pemahaman bahwa era bebas masalah dan kehidupan anak-anak sudah hilang.
Kesulitan utama yang dihadapi pemuda adalah bagaimana melupakan hidup dengan
kesadaran yang sempit pada masa anak. Kecenderungan untuk hidup seperti
anak-anak dan menolak menghadapai masalah kekinian, disebut prinsip konservatif
(conservative principle)
Usia
Pertengahan
Tahap ini dimulai
antana usia 35 atau 40 tahun. Puncak perkembangan sudah lewat, tetapi peniode
ini justru ditandai dengan aktualisasi potensi yang sangat bervaniasi. Pada
usia ini orang yang ingin tetap memakai nilai-nilai sosial dan moral usia
pemuda, menjadi kaku dan fanatik dalam mempertahankan postur dan kelenturan
fisiknya, mereka mungkin berjuang habis-habisan untuk mempertahankan tampang
dan gaya hidup masa mudanya. Menurut Jung kebanyakan orang tidak siap melangkah
menuju usia pertengahan, onang berada di usia pertengahan dengan menganggap
nilai-nilai mudanya masih bisa beriaku sampai sekanang. Sesuatu yang mustahil,
karena orang tidak dapat hidup di masa pertenga-han dengan aturan anak-anak,
apa yang bagus pada masa anak-anak menjadi buruk pada masa pertengahan, apa
yang dulu diapbenarjçiriimenjadi penipuan.
Usia
Tua
Tahap usia tua
kurang mendapat perhatian Jung. Menurutnya, usia tua mirip dengan usia
anak-analç pada kedua tahap itu fungsi jiwa sebagian besar bekerja di taksadar.
Pada anak-anak belum terbentuk fikiran dan kesadaran ego, sedang pada orang tua
mereka berangsur-angsur tenggelam dalam taksadar, dan akhirnya hilarig-masuk ke
dalamnya. Jika pada awal ke’hidupan orang takut hidup (nanti kerja apa,
rumahnya di mana, dan seterusnya), pada usia tua hampir pasti orang takut mati
Takut mati mungkin sesuatu yang normal, namun menuru ung mati a a ah tujani
hidup. Hidup hanya benar benar bermakna kalau kematian dipandang sebagai tujuan
hidup.
Anafisis Mimpi
Pandangan Jung
mengenai mimpi ada yang sama dengan Freud ada pula yang berbeda. Persamaannya;
mimpi itu mempunyai makna yang harus dkermati secara seksama, mimpi muncul dan
dalam dunia taksadar, dan makna mimpi diekspresikan dalam bentuk simbolik,
Perbedaannya, Freud memandang mimpi sebagai pemenuhan hasrat (wish fuilfilment) dan simbolisasi mimpi
berhubungan dengan dorongan seksual, sedang Jung memandang mimpi sebagai usaha
spontan mengetahui hal yang tidak diketahui dalam taksadar sebagai bagian dan
pengembangan kepribadian. Mimpi bisa merupakan proses kompensasi (perasaan dan
sikap yang tidak dapat diekspresikan ketika terjaga, menemukan celah untuk
muncul pada waktu tidur), atau proses taksadar yang menggambarkan rencana masa
depan dan pemecahanari suatu masalah (membimbing fungsi sadar niembuat adaptasi
yang lebih memuaskan). Jadi simbolisasi Jung bisa mewakili konsep apapun, bukan
hanya representasi seksual.
Tujuan
interpretasi mimpi dan Jung adalah mengungkap elemen-elemen yang ada di
taksadar pnibadi dan taksadar koiektif, mengintegrasikannya ke dalam kesadaran
untuk mempermudah proses realisasi-diri. Ada tiga macam jenis mimpi yang sarat
dengan muatan arsetip, yakni mimpi besar (big
dreams), mimpi tipikal (typical
dreams) dan mimpi anak-anak (earliest
dreams).
1.
Mimpi besar: mimpi yang mempunyai makna
khas, yang menarik bagi semua orang tanpa dapat dijelaskan mengapa bisa
menarik. Mimpi besar oleh Jung juga diriamakan mimpi numinous — mimpi yang
asing, aneh, dan memberi penigalamari yang sangat mendalam. Mimpi besar terjadi
ketika ketidak sadaran mengalami gangguan senius, sering di ikuti dengan kenanain
ego menangani dunia luarsecara memuakarh
2.
Mimpi Tipikal: Mimpi yang umum pada banyak
orang;yakni mirnpi yang melibatkan arkhetif figurai (ibu, bapak, Tuhan,
setan/hantu, dan manusia bijak), arsetip peristiwa (kelahiran, kematian,
perpisahan dengan orang tua, baptis, perkawinan, terbang, dan lain sebagainya),
dan arsetip obyek (matahani, air, ikan, kera, dan hewan pemangsa).
3.
Mimpi anak-anak: ini bukan mimpi yang asli,
tetapi ingatan tentang mimpi pada masa anak-anak. Mimpi pada usia 3 atau 4
tahun (ya diingat sesudah dewasa) sering berisi arkhetif motif dan simbol seperti
pahlawan, orang bijak, ikan, dan mandala. Materi yang muncul Sering bersifat
universal, sebagai bukti adanya tak sadar kolektif.
Interpretasi mimpi membutuhkan pemahaman mengenai sifat kesadar pemimpi, karena mimpi timbul dan ketidaksadaran yang menjadi kebalikan kesadaran. Ada tiga metoda analisis mimpi dan Jung; amplifikasi, rangkai mimpi, dan imajinasi aktif:
1.
Amplifikasi: Metoda ini merupakan
pengembangan metoda asosi bebas. Pada asosiasi bebas orang diminta merespon
kata atau mimpi secara bebas - membuat asosiasi benlanjut dan respon satu ke respon
yang lain – sehingga asosiasi belakangan bisa berger dari stimulan pertamannya.
2.
Rangkaian Mimpi: Kalau Freud hanya
meneliti mimpi tunggal, Jul menganalisis komponen beberapa mimpi
berturut-turut, untuk melihat kecocokan yang berlanjut dari koreksi pegembangan
lebih lanjut, ini mirip dengan metoda konsistensi internal, mencari hubungan
antara bagian-bagian dengan keseluruhan,
3.
Imajinasi aktif: sejenis introspeksi yang
mateninya campuran, sebagia mimpi, sebagian ampakan/fantasi, atau gabungan
keduanya. Orang diminta memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yan
mengesarikan tetapi tidak dapat dimengerti, atau gambaran visual yang spontan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar