Resepsi
sastra dapat melahirkan tanggapan, reaksi atau respon terhadap sebuah karya
sastra dikemukakan oleh pembaca sejak dulu hingga sekarang akan berbeda-beda
antara pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode
berbeda dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cakrawala
harapan (verwachtingshorizon atau horizon of expectation).
Cakrawala harapan ini adalah harapan-harapan seorang pembaca terhadap karya
sastra (Pradopo, 2007:207).
Cakrawala
ini sebagai konsep awal yang dimiliki pembaca terhadap karya sastra ketika ia
membaca sebuah karya sastra. Harapan itu adalah karya sastra yang dibacanya
sejalan dengan konsep tenatang sastra yang dimiliki pembaca. Oleh karena itu,
konsep sastra antara seorang pembaca dengan pembaca lain tentu akan
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan cakrawala harapan seseorang itu ditentukan
oleh pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi karya
sastra.
Teori
resepsi dikembangkan dengan dasar-dasar resepsi sastra ditentukan ada tiga
dasar faktor cakrawala harapan yang dibangun pembaca:
- norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah
dibaca oleh pembaca;
- pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah
dibaca sebelumnya;
- pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu
kemampuan pembaca untuk memahami, baik secara horison “sempit” dari
harapan-harapan sastra maupun dalam horison “luas” dari pengetahuannya tentang
kehidupan.
Selanjutnya,
Pradopo (2007:208) mengemukakan bahwa dalam karya sastra ada tempat-tempat
terbuka (open plek) yang “mengharuskan” para pembaca mengisinya.
Hal ini berhubungan dengan sifat karya sastra yang multi tafsir. Oleh karena
itu, tugas pembacalah untuk memberi tanggapan estetik dalam mengisi
kekosongan dalam teks tersebut. Pengisian
tempat terbuka ini dilakukan melalui proses konkretisasi
(hasil pembacaan) dari pembaca. Jika pembaca memiliki pengetahuan yang luas
tentang kehidupan, pastilah konkretisasinya akan “sempurna” dalam mengisi
“tempat-tempat terbuka (open plak) dengan baik.
Tugas resepsi adalah meneliti tanggapan pembaca yang berbentuk
interpretasi, konkretisasi, maupun kritik atas karya sastra yang dibaca.
Tanggapan-tanggapan pembaca atas karya sastra yang dibacanya, dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain latar belakang sosial budaya, tingkat
pendidikan pembacam tingkat pengalaman, dan usia pembaca.
Dan untuk meneliti karya sastra dengan menggunakan teori resepsi sastra, ada
dua cara yang bisa dilakukan yakni dengan menggunakan resepsi sastra sinkronik
dan diakronik.
Kedua metode ini dibedakan menurut kemunculan tanggapan
dari pembaca atas karya sastra yang dibacanya. Pertama, yaitu Sinkronik
adalah cara penelitian resepsi terhadap sebuah karya sastra dalam satu masa
atau satu periode. Yakni yang diteliti di sini resepsi pembaca dalam satu kurun
waktu. Penelitian resepsi dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara
menganalisis tanggapan pembaca sezaman dengan menggunakan teknik wawancara
maupun teknik kuasioner. Oleh karena itu, penelitian resepsi sinkronis ini
dapat digolongkan menjadi penelitian eksperimental. Karya sastra yang diteliti
dengan metode ini biasanya karya sastra yang sedang buming pada saat zamannya.
Sedangkan penelitian resepsi sastra dengan metode diakronis adalah penelitian
resepsi sastra yang dilakukan terhadap tanggapan-tanggapan pembaca dalam
beberapa periode. Tetapi periode waktu yang dimaksud masih berada dalam satu
rentang waktu atau dalam perjalanan waktu. Penelitian resepsi diakronis ini
dilakukan atas tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa periode yang berupa
kritik sastra atas karya sastra yang dibaca, Umumnya penelitian resepsi
diakronis dilakukan atas tanggapan pembaca yang berupa kritik sastra, baik yang
termuat dalam media massa maupun dalam jurnal ilmiah. Penelitian resepsi
diakronis yang melihat bentuk fisik teks yang muncul sesudahnya dapat dilakukan
melalui hasil intertekstual, penyalinan, penyaduran, maupun penerjemahan.
Intertekstual merupakan fenomena resepsi pengarang dengan melibatkan teks yang
pernah dibacanya dalam karya sastranya. Hasil intertekstual, penyalinan,
penyaduran, maupun penerjemahan ini dapat dilakukan atas teks sastra lama
maupun sastra modern yang memiliki sejarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar